I still find each day too short for all the thoughts I
want to think, all the walks I want to take, all the books I want to
read, and all the friends I want to see.
Good Morning, Univers!
i dont know if i've ever felt like that :)
Sunday, November 27, 2011
Monday, November 21, 2011
Speechless
kalian percaya kan kalau bahagia itu kita yang buat?
mereka yang diam adalah mereka yang nggak akan pernah menang..
pengharapan hanya pantas untuk mereka yang mau berusaha..
kalau akhirnya saya tetap tidak berhasil, setidaknya saya belajar arti perjuangan dari kekalahan :)
aku ingin berjuang untuk dapat menyentuh hidup mu, dengan cara ku sendiri ...
Wednesday, November 16, 2011
for world you just someone, but for someone you are the world
antara keindahan yang menyelimuti rasa, tereka tapi tak terkira. saat
saya menyadari bahwa didunia ada hukum sebab akibat tapi saat bersamanya
hukum itu hilang. terasa hanya ada sebab yang tidak pernah berakibat.
deskripsi manis tentangnya :
saat bersamanya saya merasa menjadi orang paling berani didunia, tapi pada saat yang sama juga merasa orang paling penakut didunia.
saat menggenggam tangannya saya merasa orang yang paling bahagia, tapi disaat yang sama seperti seorang yang lebih sedih daripada penderita kusta.
saat menatap matanya jauh saya merasa seperti seseorang yang sangat dicintai, tapi pada saat yang sama saya seperti orang yang paling dibenci.
tidak ada dan tidak akan pernah ada kata yang tepat menggambarkan suasana saat bersamanya. gambaran tentang suasana hanya terbatas pada kemampuan manusia mengenai visual, tapi kata-kata mampu merangkai indah setiap sudut dari sebuah visual, dan memperspektifkannya dengan lebih jelas. tapi karena dia begitu istimewa dan terlalu indah saya hanya pasrah pada waktu. entah kapan dia mengerti rasa ini.
-untuk dia.sebuah kata manis ini saya dedikasikan-
UNTUK DUNIA MUNGKIN KAMU HANYA SESEORANG. TAPI UNTUK SESEORANG KAMULAH DUNIANYA.
deskripsi manis tentangnya :
saat bersamanya saya merasa menjadi orang paling berani didunia, tapi pada saat yang sama juga merasa orang paling penakut didunia.
saat menggenggam tangannya saya merasa orang yang paling bahagia, tapi disaat yang sama seperti seorang yang lebih sedih daripada penderita kusta.
saat menatap matanya jauh saya merasa seperti seseorang yang sangat dicintai, tapi pada saat yang sama saya seperti orang yang paling dibenci.
tidak ada dan tidak akan pernah ada kata yang tepat menggambarkan suasana saat bersamanya. gambaran tentang suasana hanya terbatas pada kemampuan manusia mengenai visual, tapi kata-kata mampu merangkai indah setiap sudut dari sebuah visual, dan memperspektifkannya dengan lebih jelas. tapi karena dia begitu istimewa dan terlalu indah saya hanya pasrah pada waktu. entah kapan dia mengerti rasa ini.
-untuk dia.sebuah kata manis ini saya dedikasikan-
UNTUK DUNIA MUNGKIN KAMU HANYA SESEORANG. TAPI UNTUK SESEORANG KAMULAH DUNIANYA.
By : @aldhypramudea
Tuesday, November 8, 2011
Mati Rasa
Berpura-pura untuk tidak perduli, berpura-pura untuk tidak tahu, dan berpura-pura untuk tidak merasakan apa-apa...
Mencoba untuk berhati dingin.. walau sakit yang dirasakan begitu luar biasa!
Aku tidak takut!
Aku tidak pesimis!
Sekalipun seluruh dunia sering berkata , "Semakin kamu berusaha untuk melupakan, maka kamu akan semakin mengingatnya."
Tapi aku bisa. Karna aku teramat memaksakan untuk melupakan hal tersebut.
Dengan diam aku tak banyak bicara.
Lalu aku menutup mata ku dan memikirkan hal-hal lain, selain yang ingin ku lupakan.
aku tau semua baik-baik saja...
Seberapa usaha ku untuk melupakan, nyatanya aku seperti merasa tidak berjuang apa-apa. Semua dapat hilang begitu saja. Sampai aku tengok hal itu kembali...
Hanya ingin tahu apakah hati ku masih terasa sakit?
Aku diam.
Aku tak banyak bicara.
Aku hanya merasa hampa ... Kosong...
Karna aku mati rasa...
Mempermalukan untuk Dipermalukan - part 2
“Halo, sayang. Kamu
masih di jalan?”
“Hai Raka, iya aku mau
jemput Angga dulu. Kamu udah di rumah aku ya?”
“Baru sampai kok.”
“Oke. Tunggu ya.”
“Oke. Take care.”
Ane tersenyum kecil
sambil meletakan telfon genggamnya ke jok yang ada di sebelahnya. Malam ini ia ada
janji makan malam special dengan
Raka. Cowok yang dipacarinya beberapa bulanyang lalu. Ane bertemu dengan Raka
saat team basket sekolah Raka bertanding dengan team basket sekolahnya. Di
situlah awal perkenalan mereka. Ane dan Raka sering bertemu dan akhirnya mereka
resmi berpacaran. Dan Ane merasa sangat senang karna malam ini Raka mengajaknya
untuk makan malam di rumah Raka sekaligus mengenalkan Ane pada Mamah nya Raka
yang baru pulang dari luar negri.
Ane memarkirkan
mobilnya tepat di depan gedung sekolah Angga. Sepertinya sekolah sudah bibar
dari setengah jam yang lalu. Berkali-kali Ane mencoba menghubungi Angga tapi
tidak pernah ada jawaban.
“Kemana sih tuh anak!”
Ane benar-benar kesal karna sudah hampir lima kali ia menelfon Angga tapi tidak
pernah ada jawaban. Apalagi menunggu adalah hal yang paling tidak disukainya.
Ane membuka jendela
mobilnya ketika ia melihat beberapa teman Angga. Ane masih ingat wajahnya karna
beberapa kali Angga pernah membawa teman-temannya ke rumah.
“Arka!” sekali teriak,
Arka langsung menoleh pada Ane. Tahu kalau Ane yang memanggil.
“Eh, Kakak cantik.
Tumben banget nih kesini? Mau ketemu gue ya?”
“Gigi lo botak! Mana
Angga?” Tanya Ane ketus.
Arka menggaruk-garuk
kepalanya. ia mengingat-ingat kemana perginya Angga. “Hmm. Bukannya tadi udah
pulang ya, Kak?”
“Yeee. Mana gue tau.
Yang satu sekolah sama dia kan lo.”
“Iya Kak Ane. Adik lo
itu udah pulang.”
“Naik apa tuh anak?”
“Gak tau! Bus tronton
kali.”
“Oke! Tengkyu.” Ucap
Ane singkat dan ia langsung mengas mobilnya dengan kencang. Arka hanya bisa
menggeleng-geleng kepalanya. walaupun baru beberapa kali bertemu dengan Ane, tapi
Arka seperti bisa memaklumi sifat Ane barusan.
Ane semakin kesal.
Sudah dijemput, pulang duluan lagi. Satu-satunya yang ia lakukan adalah kembali
menelfon Raka dan menceritakan kekesalannya.
“Aku kesel banget sama
dia. Pasti dia jalan sama si tante-tante itu deh.”
“Hei, kenapa?
Tante-tante siapa?”
“Aku belum cerita ya
sama kamu. Belum lama Angga ketahuan pacaran sama anak kuliahan. Papah ku tahu.
Dia marah banget sama sama Angga. Dikasih mobil buat pergi ke sekolah, tapi
malah buat antar jemput si pacarnya itu. Makanya sekarang Angga nggak dibolehin
pakai mobil lagi. Aku deh disuruh jemput dia.”
“Kenapa nggak suruh
supir yang jemput sih?”
“Ah, nggak tahu deh
tuh Papah. Sekarang aku udah cape-cape ke sekolahnya, orangnya malah pulang
duluan. Ngeselin banget kan.”
Ane terus menyetir
mobilnya sambil terus menelfon. Tapi tiba-tiba pandangannya beralih pada sisi
jalan yang sedang ia perhatikan. “Kayaknya aku lihat Angga.” Ucap Ane singkat
lalu ia segera memarkirkan mobilnya pada sisi jalan.
Ane melihat Angga
sedang makan bersama seorang cewek di sebuah foodcourt yang terlihat dari sisi jalan. Maka dari itu Ane
buru-buru memarkirkan mobilnya dan pergi menemui Angga.
Angga begitu terkejut
mengetahui jika Kakaknya berada disini. Begitupun teman yang bersama Angga. Ane
langsung bertolak pinggang ketika tahu kalau yang ia lihat itu benar Adiknya.
“Gila! Bangus banget
ya lo masih jalan sama nih orang.” Spontan Angga langsung bangun dari kursi
yang didudukinya. Ia tahu Ane pasti akan terus berbicara dengan suara keras dan
tidak akan perduli dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.
“Oke. Kita bicarain di
rumah, Kak.”
“Di rumah? Tapi di
luar lo masih jalan sama nih cewek? Sekalian aja kita bicarain disini.” Ane
semakin tidak perduli dengan orang-orang yang menatap ke arah mereka. Sedangkan
Angga sebisa mungkin bersikap tenang. Benar-benar kakak beradik yang sangat
memiliki sifat berbeda. Mungkin orang mengira kalau Ane adalah pacar Angga. Ane
marah-marah karna melihat pacarnya jalan dengan wanita lain.
“Papah tuh udah
ngelarang lo pacaran sama nih cewek.”
“Bisa nggak sih lo
manggil dia pake nama. Dia punya nama, Kak. Namanya Arina.”
“Penting y ague tahu
namanya?” Ane makin geram. Cewek bernama Arina terlihat sekali seperti sedang
menahan emosi, tapi ia tetap duduk diam membiarkan Ane dan Angga berbicara.
“Selain punya nama, punya apa lagi dia?” Ane tersenyum sinis. “Tapi kayaknya
gue nggak yakin kalau cewek lo tang tuir
ini punya malu.”
Arina menggebrak meja
dan langsung bangun dari kursinya. “Eh lo kalau ngomong yang sopan ya? Yang
nggak punya malu lo apa gue? Maki-maki orang di tempat umum.”
Pandangan Ane langsung
berubah kepada Arina.
“Jadi menurut lo
maki-maki orang di tempat ini disebut nggak tahu malu? Terus apa kabar sama lo
yang macarin anak sekolah. Kelas satu SMA, woy!!!”
Arina mengepalkan
tinjunya. Ingin rasanya ia menonjok wajah Ane yang terlihat sangat mengesalkan
itu. Tapi ia harus bisa mengontrol diri. Di satu sisi, ia masih ingat kalau Ane
adalah Kakak pacarnya.
“Emang nggak ada cowok
seumuran lo apa yang bisa lo pacarin.” Ane kembali beralih pada Angga. “Lo lagi
Ngga! Kenapa selera lo yang beginian sih? Udah abis cewek cantik di sekolah lo?
Masa iya perlu gue kenalin lo sama salah satu temen gue? Tapi yang jelas seribu
kali lebih bagus dari dia ya.”
“Kak, lo yang sopan
dikit dong sama Arina. Dia tuh pacar gue. Gue juga nggak pernag ngusik
kehidupan lo sama cowok lo.”
“Oh tentu saja, karna
gue pacaran sama orang yang benar, nggak seperti lo.”
“Bisa nggak sih lo
lebih sopan sedikit aja. gimanapun juga Arina lebih tua dari lo, Kak!”
Mendengar ucapan Angga
barusan, Ane seperti mendapat sebuah gelitikan. “Hahaha. Nyadar ya lo kalau
cewek lo tua.”
“Lo punya mulut di
sekolahin nggak sih? Emang apa salahnya kalau gue pacaran sama Angga? Toh gue
nggak main-mainin Angga. Gue sayang sama Angga.” Ucap Arina kesal. Hanya saja
suara Arina tidak meledak-ledak seperti Ane.
“Mulut-mulut gue,
kenapa lo yang sibuk? Udahlah lo nggak usah ngejar-ngejar adik gue lagi. Inget
umur juga kali. Kalau lo ngerasa lebih tua dari gue ya seharusnya lo mikir,
tindakan lo macarin cowok yang umurnya jauh dibawah lo itu bener apa nggak!”
Ucapan Ane terakhir
sepertinya benar-benar menyakitkan hati Arina. Ia juga sudah tidak tahan dengan
banyak pasang mata yang memandang kepadanya. Belum lagi orang-orang yang
berbisik-bisik membicarakan mereka. Arina langsung pergi dengan mata yang
berkaca-kaca. Sedangkan Ane, ia merasa kalau kata-kata yang diucapkannya tadi
bukan masalah besar.
“Masuk mobil gue lo
sekarang!” perintah Ane kesal.
“Nggak! Gue bisa
pulang sendiri!”
“Heh! Lo tuh udah
nyita waktu gue banyak ya! Gue tuh punya acara lagi selain ngurusin lo.”
“Gue nggak pernah
minta lo ngurusin gue. Dan gue malah sangat amat berharap lo nggak pernag
ngurusin hidup gue. Bahkan kalau perlu lo nggak usah ada di hidup gue!”
“Oke kalau mau lo
begitu. Tapi lo nggak lupa kan kalau Papah akan sangat mendengarkan setiap
perkataan Kakak lo yang cantik dan pintar ini. Kayaknya kalau lo masih ngelawan
ada baiknya gue kasih saran ke Papah supaya mindahin lo ke Sydney sama Nenek
ya.”
Angga terdiam. Ia merasa
itu adalah sebuah ancaman untuknya. Tanpa perlawanan lagi ia segera berjalan ke
mobil Ane yang terparkir tidak jauh darinya.
bersambung....
pernahkah.....??
Pernahkah kamu merasakan kehilangan sesuatu,
yang sebenarnya tidak pernah kamu miliki?
Pernahkah kamu merasakan sangat terluka?
Sangat menderita?
Sangat sedih sampai-sampai membuat kamu tidak
sanggup untuk berfikir lagi?
Membuat kamu merasa sangat kesulitan dalam
setiap nafas yang kau hirup dan hembuskan? Bahkan tidak bisa lagi mengeluarkan
air mata.
Padahal, dengan cara menangis itulah kamu
dapat sedikit melupakan rasa sedih mu.
Kau terlihat begitu membutuhkan suatu belas
kasih, tapi kau tetap berusaha menyemangati dirimu sendiri dengan kata-kata,
suatu saat nanti aku akan bahagia.
Bukankah itu sangat menyedihkan?
Pernahkah kau begitu amat merasa tersemangati
hanya dengan sebuah ucapan-ucapan kecil?
Membuat mu merasa jika orang itu lah yang
menjadi sumber kebahagiaan mu.
Tapi tidak dengan mu. Kau bukan sumber
kebahagiaan untuk nya.
Kau hanya sebagian kecil dari apa yang ada di
hidupnya.
Tapi bagi mu ialah seluruh dari semua yang
ada di dalam hidup mu.
Pernahkah kau menemukan semangat seperti itu?
Pernahkah kau berusaha untuk menyentuh hidup
orang lain dengan cara mu sendiri?
Ataupun sebaliknya. Orang itu menyentuh hidup
mu dengan cara yang sangat mudah, tanpa berusaha seperti yang kau lakukan
padanya.
Atau sebenarnya, kau sendirilah yang memaksa
dirinya untuk masuk dalam kehidupanmu.
Membiarkan kau mencintainya tanpa memikirkan
apakah ia juga mencintaimu.
Pernahkah semua itu terjadi padamu?
Aku pernah…
Sunday, November 6, 2011
just a feeling :)
ketika sebuah nada indah
yang dikirimkan seseorang untuk ku begitu indah terdengar, aku hanya berfikir?
bagaimana mungkin aku bisa begitu tergetar mendengar tiap nada yang berasal dari sebuah
piano yang
dimainkannya. aku berfikir dengan sisi hatiku yang lain…..
hmmmm…. tidak, masih banyak yang lebih hebat dari itu. masih banyak hal yang lebih menakjubkan dari pada itu. bagaimana bisa aku menyebutnya begitu indah benar-benar dari dalam hati ku.
membayangkan kerendahan hatinya. mengingat senyuman ditiap gores wajahnya. merasa dunia seolah berhenti sejenak.
lalu aku berfikir, bukan indah. mungkin hebat. dengan segala kepolosan yang terlihat di dirinya aku tidak mengira ia akan menghasilkan nada yang indah. oh tidak, menurutku semua nada itu sama. hanya bagaimana cara ia memainkan.
lalu…
aku diam lagi…
dunia ku berhenti sejenak lagi. hanya karna aku sedang membayangkan bagaimana ia memainkannya….. lantas apa yang membuat aku begitu tergetar? mendengar nada-nada itu. membuatku bisa mengatakan jika hal itu sangat indah.
lalu aku kembali berfikir seolah-olah orang lain yang memainkan nada itu. orang yang lebih hebat. dengan nada yang lebih sulit. dan ternyata…
dunia ku tidak berhenti sejenak.. tidak..
apa? kalian ingin mengatakan sesuatu? kalian ingin memberitahuku bagaimana itu bisa terjadi? tapi sayangnya aku tidak mau mengakuinya…
hmmmm…
baiklah. permasalahannya bukan pada nadanya, tapi kepada dirinya, (dunia ku berhenti sejenak kembali)
kepada dia yang sangat indah , yang dapat menggetarkan jiwa :)
hmmmm…. tidak, masih banyak yang lebih hebat dari itu. masih banyak hal yang lebih menakjubkan dari pada itu. bagaimana bisa aku menyebutnya begitu indah benar-benar dari dalam hati ku.
membayangkan kerendahan hatinya. mengingat senyuman ditiap gores wajahnya. merasa dunia seolah berhenti sejenak.
lalu aku berfikir, bukan indah. mungkin hebat. dengan segala kepolosan yang terlihat di dirinya aku tidak mengira ia akan menghasilkan nada yang indah. oh tidak, menurutku semua nada itu sama. hanya bagaimana cara ia memainkan.
lalu…
aku diam lagi…
dunia ku berhenti sejenak lagi. hanya karna aku sedang membayangkan bagaimana ia memainkannya….. lantas apa yang membuat aku begitu tergetar? mendengar nada-nada itu. membuatku bisa mengatakan jika hal itu sangat indah.
lalu aku kembali berfikir seolah-olah orang lain yang memainkan nada itu. orang yang lebih hebat. dengan nada yang lebih sulit. dan ternyata…
dunia ku tidak berhenti sejenak.. tidak..
apa? kalian ingin mengatakan sesuatu? kalian ingin memberitahuku bagaimana itu bisa terjadi? tapi sayangnya aku tidak mau mengakuinya…
hmmmm…
baiklah. permasalahannya bukan pada nadanya, tapi kepada dirinya, (dunia ku berhenti sejenak kembali)
kepada dia yang sangat indah , yang dapat menggetarkan jiwa :)
Stupid Conversation
Ketika sebuah percakapan bodoh bisa begitu sangat berarti untuk mu. Bagaimana bisa itu sangat berarti untuk mu? Mungkin saja bila kamu melakukannya dengan seseorang yang ….
Entah, mungkin special.
Dengan bodohnya kamu mencoba memulai percakapan. Kalimat basa-basi. Dan sangat berhati-hati dalam penggunaan kata-kata. Mencari hal menarik untuk dibicarakan, tapi tak ada satupun yang dapat kamu katakan, karna tidak ada keperluan untuk mu berbicara dengannya. Namun sesuatu sangat tidak bisa terkontrol oleh mu. Kamu sangat ingin berbicara dengannya. Sangat ingin.
Semua nya berjalan datar sampai terhenti. Namun kamu tetap akan berusaha mencari kata-kata untuk membuat percakapan ini terus berlanjut.
Dan tetap berhati-hati agar semua tidak terhenti. Berfikir, apakah ia terganggu? Apakah ini sangat penting? Bukankah ini sangat membosankan? Tanpa dia tahu jika setiap kata yang mereka balas itu sangat berarti untukmu. Karna kamu merasa seolah dia berbicara kepada mu.
Ketika semua terhenti, kamu hanya diam. Kamu akan kembali bersabar. Menunggu saat yang tepat untuk memulai hal bodoh (menurutnya) ini kembali. Kamu tidak ingin membuatnya bosan. Tapi kamu tetap tidak bisa membuat hal ini semenarik (menurutmu) mungkin.
Tapi… semua bisa menjadi indah, sangat indah (menurutmu) ketika kamu menemukan satu hal yang dapat membuat kalian tetap berbicara.
Sekalipun dia tidak menanyakan kembali apa yang kamu tanyakan padanya. Namun sekali lagi, kamu benar-benar tidak ingin membuat dia merasa terganggu.
Ketika kamu hanya dapat menyapa namanya dan dia membalas hanya membalas dengan “hai” , sesungguhnya setelah itu kamu ingin sekali tahu sedang apa dia, dimana, bagaimana harinya, bagaimana suasana hatinya.
Dan saat ia menanyakan kenapa? Kamu hanya bisa mengirim kata “tidak apa-apa” namun dalam hati ada banyak sekali yang ingin kamu adukan padanya. Kebahagiaan mu, kesedihan mu. Tapi tentu itu tidak penting untuk disampaikan.
Aku : “Hei….” (bisakah kita berbicara. Aku sangat butuh teman bicara. Bisa saja aku menghubungi orang lain, tapi aku paling tahu, karna pasti aku akan merasa lebih baik, atau bahkan sangat baik ketika berbicara dengan mu.)
Kamu : “Hei juga :)”
Aku : “lagi apa?” (maaf, tidak sepantasnya aku mencari mu untuk mendengar keluhan ku. Aku tidak mau kamu mendengar hal yang tidak menyenangkan. Bukan aku malu, tapi aku tidak akan membiarkan orang yang aku suka mendengarkan hal yang tidak menyenangkan. Maka dari itu bisakah kita berbicara hal yang menyenangkan. Dibalik semua masalahku, ataupun kesenanganku hari ini, aku tetap ingin berbicara dengan mu.)
Kamu : “Ngga lagi apa-apa.”
Aku : “Oh.. :)” (Bagaimana aku harus mendeskripsikan kalimat “nggak lagi apa-apa” itu? Apakah kamu ingin member tahu bila tidak ada yang sedang kamu lakukan? Atau kamu menjawab singkat untuk memuaskan pertanyaan ku? Tapi aku sangat ingin membalas. Tplong jangan berhenti disini. Tolong katakan sesuatu.)
Kamu : “Kenapa?”
Aku : “Hehehe.. gpp kok.” (Aku sedih. Aku sedang marah. Aku sedang kecewa. Aku adalah orang yang tidak bisa bersyukur karna aku tidak dapat melihat kebahagiaan disekitarku. Tapi aku tahu dimana adanya kebahagiaan ku. Makadari itu aku mencari mu. Dari sekian banyak orang yang bisa aku hubungi, aku hanya ingin berbicara dengan mu.)
Mungkin seperti itu. Dan itu akan selalu terjadi. Dan kamu tahu alasan dia membalasnya hanya karna dia menghormatimu. Karna kamu pasti sedang berbicara dengan pria yang baik :) .
Tetap lakukan itu bila itu bisa membuatmu merasa lebih baik. Kamu tidak perlu mengeluhkan seluruh masalahmu, jika hanya dengan sebuah percakapan bodoh dengannya itu bisa membuat mu merasa lebih baik…
(Stupid conversation with you. But it is mean somuch for me. Thanks A :) )
Entah, mungkin special.
Dengan bodohnya kamu mencoba memulai percakapan. Kalimat basa-basi. Dan sangat berhati-hati dalam penggunaan kata-kata. Mencari hal menarik untuk dibicarakan, tapi tak ada satupun yang dapat kamu katakan, karna tidak ada keperluan untuk mu berbicara dengannya. Namun sesuatu sangat tidak bisa terkontrol oleh mu. Kamu sangat ingin berbicara dengannya. Sangat ingin.
Semua nya berjalan datar sampai terhenti. Namun kamu tetap akan berusaha mencari kata-kata untuk membuat percakapan ini terus berlanjut.
Dan tetap berhati-hati agar semua tidak terhenti. Berfikir, apakah ia terganggu? Apakah ini sangat penting? Bukankah ini sangat membosankan? Tanpa dia tahu jika setiap kata yang mereka balas itu sangat berarti untukmu. Karna kamu merasa seolah dia berbicara kepada mu.
Ketika semua terhenti, kamu hanya diam. Kamu akan kembali bersabar. Menunggu saat yang tepat untuk memulai hal bodoh (menurutnya) ini kembali. Kamu tidak ingin membuatnya bosan. Tapi kamu tetap tidak bisa membuat hal ini semenarik (menurutmu) mungkin.
Tapi… semua bisa menjadi indah, sangat indah (menurutmu) ketika kamu menemukan satu hal yang dapat membuat kalian tetap berbicara.
Sekalipun dia tidak menanyakan kembali apa yang kamu tanyakan padanya. Namun sekali lagi, kamu benar-benar tidak ingin membuat dia merasa terganggu.
Ketika kamu hanya dapat menyapa namanya dan dia membalas hanya membalas dengan “hai” , sesungguhnya setelah itu kamu ingin sekali tahu sedang apa dia, dimana, bagaimana harinya, bagaimana suasana hatinya.
Dan saat ia menanyakan kenapa? Kamu hanya bisa mengirim kata “tidak apa-apa” namun dalam hati ada banyak sekali yang ingin kamu adukan padanya. Kebahagiaan mu, kesedihan mu. Tapi tentu itu tidak penting untuk disampaikan.
Aku : “Hei….” (bisakah kita berbicara. Aku sangat butuh teman bicara. Bisa saja aku menghubungi orang lain, tapi aku paling tahu, karna pasti aku akan merasa lebih baik, atau bahkan sangat baik ketika berbicara dengan mu.)
Kamu : “Hei juga :)”
Aku : “lagi apa?” (maaf, tidak sepantasnya aku mencari mu untuk mendengar keluhan ku. Aku tidak mau kamu mendengar hal yang tidak menyenangkan. Bukan aku malu, tapi aku tidak akan membiarkan orang yang aku suka mendengarkan hal yang tidak menyenangkan. Maka dari itu bisakah kita berbicara hal yang menyenangkan. Dibalik semua masalahku, ataupun kesenanganku hari ini, aku tetap ingin berbicara dengan mu.)
Kamu : “Ngga lagi apa-apa.”
Aku : “Oh.. :)” (Bagaimana aku harus mendeskripsikan kalimat “nggak lagi apa-apa” itu? Apakah kamu ingin member tahu bila tidak ada yang sedang kamu lakukan? Atau kamu menjawab singkat untuk memuaskan pertanyaan ku? Tapi aku sangat ingin membalas. Tplong jangan berhenti disini. Tolong katakan sesuatu.)
Kamu : “Kenapa?”
Aku : “Hehehe.. gpp kok.” (Aku sedih. Aku sedang marah. Aku sedang kecewa. Aku adalah orang yang tidak bisa bersyukur karna aku tidak dapat melihat kebahagiaan disekitarku. Tapi aku tahu dimana adanya kebahagiaan ku. Makadari itu aku mencari mu. Dari sekian banyak orang yang bisa aku hubungi, aku hanya ingin berbicara dengan mu.)
Mungkin seperti itu. Dan itu akan selalu terjadi. Dan kamu tahu alasan dia membalasnya hanya karna dia menghormatimu. Karna kamu pasti sedang berbicara dengan pria yang baik :) .
Tetap lakukan itu bila itu bisa membuatmu merasa lebih baik. Kamu tidak perlu mengeluhkan seluruh masalahmu, jika hanya dengan sebuah percakapan bodoh dengannya itu bisa membuat mu merasa lebih baik…
(Stupid conversation with you. But it is mean somuch for me. Thanks A :) )
Subscribe to:
Posts (Atom)