Jam menunjukan pukul 2 malam. Dan Mami pun masih terjaga dari
tidurnya. Ia mendapati tempat tidurnya yang masih kosong. Rupanya suami yang
dicinta belum juga pulang. Mami memutuskan untuk melihat ke kamar Kina. Rasanya
tadi ia belum puas memandang wajah anaknya itu.
Kamar Kina masih terang, namun ia sudah terlelap di atas
tempat tidurnya. Anaknya sudah besar. Pasti sudah mengenal cinta. Pikirnya
dalam hati. Namun dibalik senyum itu, tampak luka yang begitu mendalam. Apalagi
saat Mami melihat frame foto Kina bersama seorang pria di atas meja kecil.
“Tapi sayang, Nak. Kamu memilih cinta yang salah…”
Mami pun tak berlama-lama berada di kamar Kina. Dan saat ia
kembali ke kamarnya, rupanya suaminya pun tengah berada di dalam kamar. Wajahnya
sangat lelah. Terlihat suntuk dan tak bergairah. Ingin rasanya Mami beradu
mulut dengan Papi. Mengadukan seluruh kesah yang ada di hatinya.
Namun dibalik perasaan marah, masih terdapat cinta yang
begitu mendalam. Mami memang dendam, tapi cinta itu menguatkannya. Sekalipun harus
berbagi dengan orang lain. Mami terus yakin dan percaya, dan yakin jika hati
suaminya ini masih tersisa sedikit untuknya.
Papi menoleh saat melihat kedatangan Mami. Ia tersenyum kecil
sambil mendekati Mami dan mengecup keningnya perlahan. Mami pun diam saja. Ia yakin
mereka sama-sama tahu. Namun mungkin untuk sementara, berpura-pura tidak ada
apa-apa adalah sikap yang tepat.
No comments:
Post a Comment