Good Morning, Univers!

i dont know if i've ever felt like that :)

Saturday, September 8, 2012

Karma



Kina termenung saat memasuki ruang makan yang lengkap dengan makan malam istimewa. Semua masih tertata begitu rapi. Namun terlihat jelas jika semua makanan itu sudah tampak dingin. Ia melirik jam dinding menunjukan pukul 11 malam.
Ia sendiri baru pulang dari bertemu dengan seseorang. Ingin rasanya ia memakan semua makanan yang terlihat sia-sia ini. Seolah sudah tahu apa yang terjadi, perlahan Kina duduk di salah satu kursi. Ada raut sedih dalam wajahnya saat menatap makan malam yang ada di hadapannya ini. Makan malam yang terlihat khusus diperuntukan dua orang tersebut pasti telah disiapkan Maminya dari sore tadi. Tapi sayang, tampaknya Papi tidak pulang saat jam makan malam.
Kina bergerak perlahan menjauhi meja makan. Ingin rasanya ia melihat keadaan Maminya saat ini. lalu, naiklah ia ke lantai dua. Rumah mewah ini selalu tampak sepi. Dan hal ini pula yang membuat Kina tidak begitu menyukai saat-saat berada di rumah.
Dibukanya perlahan pintu kamar Mami. Terlihat Mami yang tengah tertidur di atas sebuah sofa panjang di dekat tempat tidur. Perlahan kakinya melangkah mendekati Mami.
“Mi…” bisik Kina perlahan, “Tidurnya pindah ke tempat tidur, ya.”
Mami membuka matanya cepat. Ia sedikit kaget. Sedikit malu karna Kina mendapatinya tertidur dengan pakaian yang rapi. Kina pun berusaha mengerti apa yang ada di pikiran Mami.
“Papi lagi ada meeting. Jadi pulang terlambat.”
Mami tersenyum kecut. “Kamu gak usah ngebela Papi kamu. Mami sudah menduga jika Papi kamu saat ini sedang bersama kekasihnya.” Perlahan Mami berjalan menuju tempat tidur. “Tapi Mami tak akan menyerah untuk mempertahankan rumah tangga kami.”
Kina terdiam. Ia tak banyak bicara. Setelah mendapati Mami di atas tempat tidur, ia pun langsung keluar kamar Mami. Ditutupnya perlahan pintu kamar Mami. Terdiam.
Perlahan kakinya terasa lemas. Ia memang sedang menutupi apa yang diperbuat oleh Papinya. Ia tahu betul dimana Papinya saat ini. Saat ia berada di luar rumah tadi, ia pun sempat melihat Papi bersama wanita lain di sebuah restaurant.
Kina menangis perlahan sambil menutup ke dua matanya. Dadanya sakit. dalam hati ia berkata, “Maaf, Mi. Maaf harus terus menutupi kesalahan Papi. Kina hanya merasa jika Kina sangat mengerti perasaan Papi lebih dari Kina merasakan penderitaan Mami. Seolah Kina merasa jika Kina adalah separuh dari Papi. Karna saat ini kekasih Kina adalah… suami orang lain.”


No comments:

Post a Comment