Monika
menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang. Hari ini jalan raya juga tidak
terlalu ramai. Tara meletakan kardus yang ia bawanya tadi di jok belakang
sehingga ia tidak perlu memangku kardus tersebut selama perjalanan. Namun
selama dalam perjalanan Tara terlihat murung. Monika tahu kalau sebenarnya Tara
paham betul apa yang diucapkan oleh Vanya, namun Tara selalu berusaha untuk
berfikir positif walaupun memang nyatanya apa yang diucapkan Vanya itu benar.
Dan pasti saat ini Tara sedang memikirkannya. Monika sendiripun tidak berani
untuk menyinggungnya. Ia hanya mencoba untuk membicarakan hal lain pada Tara.
Monika
memang sadar jika dirinya tidak seberani Vanya yang langsung berbicara to the point. Sekalipun apa yang diucapkan Vanya, sama persis dengan apa
yang ada dipikirkannya. Ia juga sangat menyayangi Tara, namun ia juga paham
betul sikap keras Tara yang tidak mudah dikasih tahu.
“Eh,
Ra. Lo pernah dengar cerita tentang Si Bodoh dan Si Penjahat belum?”
Tarisa
langsung memanglingkan wajahnya kepada Monika. Sedari tadi ia memang hanya
melamun saja. Namun rupanya ia tampak
tertarik dengan ucapan Monika barusan.
“Apa?
Si Bodoh dan Si Penjahat?”
“Iya.
Cerita singkat gitu deh.”
“Hah? Belum. Cerita apaan tuh? Mau dengar
dong.”
“Cerita sederhana yang pernah gue
dengar dari Kakak gue.”
“Kenapa
dengan si bodoh dan si penjahat?” Tara terlihat mulai semakin penasaran.
Monika
pun memulai ceritanya sambil tetap menyetir mobil.
“Jadi
menceritakan tentang si bodoh yang berada di kota para penjahat. Si bodoh tidak
memiliki rumah, namun ia memiliki banyak harta. Dan suatu ketika, si bodoh
menyukai salah satu penjahat yang ada di kota tersebut. Si bodoh ingin
menumpang di rumah penjahat tersebut. Tentu saja si penjahat langsung
menerimanya. Si bodoh menitipkan semua hartanya kepada si penjahat. Sekali
hartanya tidak kembali lagi. Si bodoh biasa saja. Sampai ia terlalu sering
memasukan harta yang ia dapat ke rumah si penjahat yang ia tumpangi. Si bodoh
tahu kalau hartanya tidak akan kembali. Tapi si bodoh terlanjur mencintai
penjahat tersebut. Tidak hanya harta benda. Semua hal sampai harga dirinya pun
ia berikan kepada si penjahat.
Lalu,
apa penjahat itu tersentuh? Tidak. Karna ia tahu dia adalah si bodoh. Dan apa
perlu si penjahat itu mencari si bodoh bila si bodoh sedang keluar dari
rumahnya? Tidak perlu. Karna si bodoh akan datang lagi dengan sendirinya,
menawarkan bahkan memberikan hartanya lagi untuk si penjahat. Namun si bodoh
pun sebenarnya memiliki harapan yang bodoh. Berharap ‘suatu saat nanti si
penjahat akan melihat ketulusan hatinya’.
Tapi nyatanya si penjahat hanya melihat kebodohannya saja.
Namun
apa yang terjadi ketika si penjahat justru menyukai si cantik yang datang dari
kota lain dan membawanya masuk ke dalam rumah yang juga telah dihuni oleh si
bodoh? Si bodoh tetap tinggal. Jika ia pergi pun si bodoh akan tetap datang.
Tetap menawarkan dan memberikan hartanya kepada si penjahat. Apa si cantik
cemburu? Tentu tidak. Si cantik juga tahu kalau yang ada di rumah itu adalah si
bodoh.
Lalu,
apa yang terjadi ketika si bodoh putus asa? Ketika si bodoh memutuskan untuk
keluar dari rumah penjahat tersebut dan mulai mencari rumah lain untuk ia huni,
kepada siapa ia akan berpaling? Dengan siapa si bodoh akan bertemu? Tentu
dengan penjahat yang lainnya, karna ia masih berada di kota yang sama. Dan si
bodoh memulainya dari awal. Menawarkan dan memberikan apa yang ia punya kepada
si penjahat barunya.
Kenapa
si bodoh itu tidak pergi saja dari kota tersebut? Dan menemukan orang-orang
baik di luar sana. Apakah karna ia bodoh sehingga ia tidak tahu cara keluar
dari kota tersebut? Bukan karna itu. Sedikitpun si bodoh tidak pernah berfikir
ada kota lain di luar sana. Karna ia sedang menikmati sisa-sisa dari
kebodohannya. Dan ternyata ia semakin menikmatinya. Dan parahnya lagi ia merasa
senang bahkan mulai terbiasa dan tidak bisa melepaskan kebodohannya.”
Monika
mengakhiri ceritanya. Diliriknya Tara. Tara terlihat sedang mengerutkan
alisnya. Mulutnya sedikit tenganga. Ia terlihat sangat menyimak dan juga sangat
kesal dengan cerita barusan.
“Gila!
Benar-benar bodoh banget tuh orang. Pantes aja dalam cerita tersebut dia
dipanggil si bodoh.”
“Hahahaha…
judul ceritanya aja kan si Bodoh dan si Penjahat. Ya jelas bodoh lah.”
“Tapi
bodohnya kebangetan gitu. Dia pikir dengan hanya memberikan harta sama si
penjahat, si penjahat bakal mencintai dia apa? Udah tahu penjahat, ya senengnya
dikasih harta lah, bukan kebaikan. Bodohnya dia yang datang sendiri lagi ke
rumah penjahat itu. Dan kalaupun dia keluar, kenapa juga masuk ke rumah
penjahat lagi?”
“Ya
kan dia masih ada di kota penjahat.”
“Gue
jadi gemes banget sama si bodoh itu. Kenapa dia nggak membuka matanya? Sebodoh-bodohnya
dia, pasti dia gak bisa menutupi kesedihannya lah ketika si penjahat gak
mencintai dia. Apalagi tiba-tiba muncul si cantik. Ihhhhh….” Terdengar sekali
Tara yang seperti masih terbawa dengan jalan cerita tadi dan kini ia jadi
kesal.
“Kenapa
juga si bodoh gak mencoba keluar dari kota dan menemukan pria yang benar-benar
baik?”
Monika
hanya tersenyum kecil sambil tetap memandangi jalan raya. Ia terus saja
mendengar ocehan Tara yang masih menyayangkan sikap bodoh dari si Bodoh yang
diceritakan Monika.
Mobil yang dikendarai Monika hampir sampai
memasuki perumahan tempat Tara tinggal. Dan Tara seperti tidak begitu
memperhatikan dimana ia berada. Ia masih saja mengoceh soal si Bodoh.
“Bagaimana
bisa di begitu bertahannya dengan si penjahat yang gak pernah menghargai dia
sedikit pun? Kenapa dia begitu takut atau bahkan berpura-pura atau tidak
perduli atau atau yang lainnya untuk mencoba melihat dunia luar, yang menurut
gue sih pasti yah, bukan mungkin. Pastinya lebih baik dari yang ia dapatkan
selama ini.” kalimat demi kalimat yang diucapkan Tara mulai terdengar tidak
beraturan.
“
Kenapa ia begitu takut jika ia tidak akan menemukan kebahagiaan seperti yang
sudah ia rasakan selama ini? Lagi pula emang dia bahagia? Dan kenapa…..”
Tiba-tiba
Tara terdiam.
Monika
memarkirkan mobil nya di depan pagar rumah Tara. Monika tahu. Tarisa terdiam bukan
karna mereka telah sampai. Tapi seperti ada yang baru saja disadari oleh
perkataannya barusan. Tara tertawa kecil. Ia sendiri tidak yakin dengan apa
yang diucapkannya barusan. Entah mengapa ia merasa jika ia seperti sedang
membicarakan dirinya sendiri.
Ia mengambil kardus berisi peralatan madingnya
di kursi belakang. Setelah itu ia tersenyum kecil pada Monika sebelum turun
dari mobil Monika.
“Gue
rasa gue paham maksud lo menceritakan kisah ini sama gue.”
merit casino casino login【WG】freespins no deposit bonus
ReplyDeletemerit casino bonus.【WG98.vip】⚡,freespins no หาเงินออนไลน์ deposit bonus,free 메리트 카지노 주소 spins no deposit,free bet free spins no 인카지노 deposit,vip super bowl free bets no deposit,casino