Good Morning, Univers!

i dont know if i've ever felt like that :)

Tuesday, April 9, 2013

Cerita Pendek - Si Bodoh dan Si Penjahat 2



Monika menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang. Hari ini jalan raya juga tidak terlalu ramai. Tara meletakan kardus yang ia bawanya tadi di jok belakang sehingga ia tidak perlu memangku kardus tersebut selama perjalanan. Namun selama dalam perjalanan Tara terlihat murung. Monika tahu kalau sebenarnya Tara paham betul apa yang diucapkan oleh Vanya, namun Tara selalu berusaha untuk berfikir positif walaupun memang nyatanya apa yang diucapkan Vanya itu benar. Dan pasti saat ini Tara sedang memikirkannya. Monika sendiripun tidak berani untuk menyinggungnya. Ia hanya mencoba untuk membicarakan hal lain pada Tara.
Monika memang sadar jika dirinya tidak seberani Vanya yang langsung berbicara to the point. Sekalipun apa yang diucapkan Vanya, sama persis dengan apa yang ada dipikirkannya. Ia juga sangat menyayangi Tara, namun ia juga paham betul sikap keras Tara yang tidak mudah dikasih tahu.
“Eh, Ra. Lo pernah dengar cerita tentang Si Bodoh dan Si Penjahat belum?”
Tarisa langsung memanglingkan wajahnya kepada Monika. Sedari tadi ia memang hanya melamun saja. Namun rupanya ia  tampak tertarik dengan ucapan Monika barusan.
“Apa? Si Bodoh dan Si Penjahat?”
“Iya. Cerita singkat gitu deh.”
 “Hah? Belum. Cerita apaan tuh? Mau dengar dong.”
“Cerita sederhana yang pernah gue dengar dari Kakak gue.”              
“Kenapa dengan si bodoh dan si penjahat?” Tara terlihat mulai semakin penasaran.
Monika pun memulai ceritanya sambil tetap menyetir mobil.
“Jadi menceritakan tentang si bodoh yang berada di kota para penjahat. Si bodoh tidak memiliki rumah, namun ia memiliki banyak harta. Dan suatu ketika, si bodoh menyukai salah satu penjahat yang ada di kota tersebut. Si bodoh ingin menumpang di rumah penjahat tersebut. Tentu saja si penjahat langsung menerimanya. Si bodoh menitipkan semua hartanya kepada si penjahat. Sekali hartanya tidak kembali lagi. Si bodoh biasa saja. Sampai ia terlalu sering memasukan harta yang ia dapat ke rumah si penjahat yang ia tumpangi. Si bodoh tahu kalau hartanya tidak akan kembali. Tapi si bodoh terlanjur mencintai penjahat tersebut. Tidak hanya harta benda. Semua hal sampai harga dirinya pun ia berikan kepada si penjahat.
Lalu, apa penjahat itu tersentuh? Tidak. Karna ia tahu dia adalah si bodoh. Dan apa perlu si penjahat itu mencari si bodoh bila si bodoh sedang keluar dari rumahnya? Tidak perlu. Karna si bodoh akan datang lagi dengan sendirinya, menawarkan bahkan memberikan hartanya lagi untuk si penjahat. Namun si bodoh pun sebenarnya memiliki harapan yang bodoh. Berharap ‘suatu saat nanti si penjahat akan melihat ketulusan hatinya’.  Tapi nyatanya si penjahat hanya melihat kebodohannya saja.
Namun apa yang terjadi ketika si penjahat justru menyukai si cantik yang datang dari kota lain dan membawanya masuk ke dalam rumah yang juga telah dihuni oleh si bodoh? Si bodoh tetap tinggal. Jika ia pergi pun si bodoh akan tetap datang. Tetap menawarkan dan memberikan hartanya kepada si penjahat. Apa si cantik cemburu? Tentu tidak. Si cantik juga tahu kalau yang ada di rumah itu adalah si bodoh.
Lalu, apa yang terjadi ketika si bodoh putus asa? Ketika si bodoh memutuskan untuk keluar dari rumah penjahat tersebut dan mulai mencari rumah lain untuk ia huni, kepada siapa ia akan berpaling? Dengan siapa si bodoh akan bertemu? Tentu dengan penjahat yang lainnya, karna ia masih berada di kota yang sama. Dan si bodoh memulainya dari awal. Menawarkan dan memberikan apa yang ia punya kepada si penjahat barunya.
Kenapa si bodoh itu tidak pergi saja dari kota tersebut? Dan menemukan orang-orang baik di luar sana. Apakah karna ia bodoh sehingga ia tidak tahu cara keluar dari kota tersebut? Bukan karna itu. Sedikitpun si bodoh tidak pernah berfikir ada kota lain di luar sana. Karna ia sedang menikmati sisa-sisa dari kebodohannya. Dan ternyata ia semakin menikmatinya. Dan parahnya lagi ia merasa senang bahkan mulai terbiasa dan tidak bisa melepaskan kebodohannya.”
Monika mengakhiri ceritanya. Diliriknya Tara. Tara terlihat sedang mengerutkan alisnya. Mulutnya sedikit tenganga. Ia terlihat sangat menyimak dan juga sangat kesal dengan cerita barusan.
“Gila! Benar-benar bodoh banget tuh orang. Pantes aja dalam cerita tersebut dia dipanggil si bodoh.”
“Hahahaha… judul ceritanya aja kan si Bodoh dan si Penjahat. Ya jelas bodoh lah.”
“Tapi bodohnya kebangetan gitu. Dia pikir dengan hanya memberikan harta sama si penjahat, si penjahat bakal mencintai dia apa? Udah tahu penjahat, ya senengnya dikasih harta lah, bukan kebaikan. Bodohnya dia yang datang sendiri lagi ke rumah penjahat itu. Dan kalaupun dia keluar, kenapa juga masuk ke rumah penjahat lagi?”
“Ya kan dia masih ada di kota penjahat.”
“Gue jadi gemes banget sama si bodoh itu. Kenapa dia nggak membuka matanya? Sebodoh-bodohnya dia, pasti dia gak bisa menutupi kesedihannya lah ketika si penjahat gak mencintai dia. Apalagi tiba-tiba muncul si cantik. Ihhhhh….” Terdengar sekali Tara yang seperti masih terbawa dengan jalan cerita tadi dan kini ia jadi kesal.
“Kenapa juga si bodoh gak mencoba keluar dari kota dan menemukan pria yang benar-benar baik?”
Monika hanya tersenyum kecil sambil tetap memandangi jalan raya. Ia terus saja mendengar ocehan Tara yang masih menyayangkan sikap bodoh dari si Bodoh yang diceritakan Monika.
 Mobil yang dikendarai Monika hampir sampai memasuki perumahan tempat Tara tinggal. Dan Tara seperti tidak begitu memperhatikan dimana ia berada. Ia masih saja mengoceh soal si Bodoh.
“Bagaimana bisa di begitu bertahannya dengan si penjahat yang gak pernah menghargai dia sedikit pun? Kenapa dia begitu takut atau bahkan berpura-pura atau tidak perduli atau atau yang lainnya untuk mencoba melihat dunia luar, yang menurut gue sih pasti yah, bukan mungkin. Pastinya lebih baik dari yang ia dapatkan selama ini.” kalimat demi kalimat yang diucapkan Tara mulai terdengar tidak beraturan.
“ Kenapa ia begitu takut jika ia tidak akan menemukan kebahagiaan seperti yang sudah ia rasakan selama ini? Lagi pula emang dia bahagia? Dan kenapa…..”
Tiba-tiba Tara terdiam.
Monika memarkirkan mobil nya di depan pagar rumah Tara. Monika tahu. Tarisa terdiam bukan karna mereka telah sampai. Tapi seperti ada yang baru saja disadari oleh perkataannya barusan. Tara tertawa kecil. Ia sendiri tidak yakin dengan apa yang diucapkannya barusan. Entah mengapa ia merasa jika ia seperti sedang membicarakan dirinya sendiri.
 Ia mengambil kardus berisi peralatan madingnya di kursi belakang. Setelah itu ia tersenyum kecil pada Monika sebelum turun dari mobil Monika.
“Gue rasa gue paham maksud lo menceritakan kisah ini sama gue.”

1 comment:

  1. merit casino casino login【WG】freespins no deposit bonus
    merit casino bonus.【WG98.vip】⚡,freespins no หาเงินออนไลน์ deposit bonus,free 메리트 카지노 주소 spins no deposit,free bet free spins no 인카지노 deposit,vip super bowl free bets no deposit,casino

    ReplyDelete