Dia tak lagi tertarik.
“Ah, bosan! Paling juga gitu-gitu aja. Hidup ku lebih
menarik dan lebih bahagia untuk diceritakan.”
Baiklah. Aku kembali diam. Ahh… bodohnya. Siapa bodoh? Aku?
Bukanlah. Dia yang bodoh. Kenapa aku mencari dia, ya, karna aku merasa cuma dia
yang bisa mendengar. Jadi dia bodoh karna tidak mau lagi mendengar cerita ku.
Kasihan. Nah, kalau kasihan baru benar aku. Apa pedulinya dia dengan hidup ku
mengingat hidupnya yang sudah bahagia.
Ahh.. tidak-tidak. Tetap ku cari dia. Yaaaa memang tidak
lagi dihiraukan sih. Ironis.
Tapi ku lihat telinganya sudah hilang…
Huhhh… pantas saja. Ya, sudah. Jangan cari dia kalau gitu.
Lalu bagaimana dengan kegelisahan hati ku? Aku harus berkata pada siapa? Ya,
muncul lagi permasalahan baru dan entahlah. Aku angkat tangan. Cari saja
seseorang yang masih punya telinga.
Banyak gila!
Sudahlah. Tetap sediakan telinga untuknya, tapi jangan
mencari telinganya. Percuma. Kau mencari telinganya tapi kau selalu berhadapan
dengan mulutnya. Tentu kau akan kalah. Sudah-sudah. Masalah sepele kok. Masalah
apa? Telinga? Bukan. Masalah mu maksud ku. Iya, tapi kan aku hanya ingin
berbagi. Dimana-mana berbagi kebahagiaan bukan kesedihan.
Oke-oke aku diam. Puas kan?
No comments:
Post a Comment