Mami langsung menoleh pada Kina. Mengerutkan alisnya dan kemudian
kembali membereskan barang-barang. “Oh.
Ya bagus kalau gitu. Mami takut aja kamu terlalu berharap sama Julian. Mami tau
banget orang-orang seperti Julian itu kayak gimana. Paling dia juga cuma
main-main sama kamu. Keluarga kita gak bakal dipandanglah sama keluarga kaya
raya seperti mereka.”
Kina menyelesaikan sarapannya. Sebenarnya ia agak kesal setiap kali
mendengar ucapan Mami yang seperti ini. Karna ini bukan pertama kalinya Mami
berkata seperti ini pada Kina. Keluarga-nya sendiri sebenarnya tidak terlalu
miskin-miskin banget, dan yang Kina tahu Papi tirinya saat ini memiliki jabatan
yang cukup lumayan di tempat kerjanya saat ini, namun entah mengapa Mami selalu
terdengar seperti merendahkan status ekonomi keluarganya bila memicarakan
Julian yang memang keadaannya jauh di atas mereka.
Perlahan Kina turun dari kursi yang didudukinya sambil menatap Mami. Ia
berkata dengan suara datar namun sangat jelas ditelinga Mami.
“Aku hamil.”
***
BRAAKK!!!
Dengan kasar Mami menampar Kina sampai-sampai tubuh Kina terdorong ke
belakang dan menabrak sebuah lemari buku. Beberapa buku menjatuhi kepala Kina.
Mami terlihat sangat marah. Dengan kasar ia kembali mendekati Kina dan menarik
kerah baju yang dipakai Kina. Saat
Kina mengatakan jika dirinya hamil, Mami langsung menarik lengan Kina dan membawa
Kina ke kamarnya.
“Bisa-bisanya kamu memutuskan hubungan kamu dengan Julian disaat kamu
sedang mengandung anaknya!” Mami menatap Kina dengan kesal. Ingin rasanya ia
menerkam wajah Kina, apalagi dilihatnya Kina terlihat biasa saja. Tidak merasa
seperti orang bersalah.
“ Kamu mau berbuat apa Kina? Mau ditaruh dimana muka Mami kamu ini,
Kina!!!”
Tetap tidak ada jawaban dari Kina. Namun yang terlihat tatapan matanya mulai
sedih tanpa tahu harus berkata apa. Sedangkan raut wajah Mami terlihat semakin
marah.
Mami menatap Kina lekat-lekat. “Cepat kamu datang pada Julian dan minta
ia untuk bertanggung jawab atas kehamilan kamu.”
“Gak mau!” jawab Kina tegas. Kali ini ia menatap Mami nya dengan tajam.
Yang awalnya Kina terlihat biasa saja mendadak seperti orang memberontak ketika
Mami menyuruhnya untuk menghampiri Julian.
“Sampai kapan pun aku tidak akan
mau memberitahu Julian atas kehamilan ku ini, apalagi memintanya untuk
bertanggung jawab!” suara Kina tidak kalah kerasnya dengan Mami. Dan tentu hal
yang didengar Mami barusan makin membuatnya semakin kesal.
Mami mendekati Kina, menatapnya dalam-dalam. Berusaha mengerti jalan
pikiran anak perempuannya ini. Suara
Mami terdengar sedikit memelan. “Kalau kamu tidak mau Julian menikahi kamu,
kenapa kamu sampai bisa punya anak dengannya?”
Kina mencoba untuk menghalau tubuh Mami yang semakin mendekatinya. Ia
tidak lagi berani bericara sambil menatap Mami-nya. Jelas sekali seperti orang
yang sedang menutupi sesuatu.
“Udahlah Mami gak usah ngurusin Kina. Kina itu beda sama Mami. Mungkin
Mami pernah amat terbebani dengan kehamilan Mami waktu tahu Mami mengandung
Kina kan?” Mami terdiam. Ia seakan tidak percaya apa yang baru saja didengarnya
barusan. Dan Kini dilihatnya Kina mulai kembali menatap matanya. Dengan tegas
Kina berucap pada Mami.
“Kina beda Mi, dari awal Kina tidak merasa menyesal sedikitpun atas
kehamilan ini!”
Mata Mami mulai berkaca-kaca. Seakan kembali diingatkan dengan kenangan
pahitnya dimasa lalu. Ia sendiri masih sangat menyesali mengapa Kina mengetahui
hal ini. mengetahui jika ia terlahir dari hubungan terlarang Mami nya di masa
lalu. Sehingga Mami harus menikah dengan pria yang sebenarnya tidak dicintainya
hanya demi menyelamatkan kehamilannya.
“Mau sampai kapan sih sikap kamu kayak gini terus? Semenjak Mami menikah
lagi dan punya anak kayaknya sikap kamu jadi angkuh gini ke Mami.” Mami kembali
memulai berbicara dengan nada suara tinggi sementara Kina masih menjawabinya
dengan tenang.
“Sikap yang kayak gimana sih maksud Mami? Emang masalah banget ya buat
Mami kalau sikap aku kayak gini? Toh yang bener-bener dianggap anak sama Mami
cuma Dira kan? Toh Dira merupakan anak dari orang yang Mami cintai kan? Beda
sama perasaan Mami ke orang yang udah membuat Mami harus terpaksa ngelahirin
Kina.”
PLAK!!!
Kina lumayan terkejut dengan tamparan Mami barusan, namun ia tetap
berusaha untuk tenang sambil memegangi pipinya yang terasa panas. Dilihatnya
wajah Mami yang semakin emosi.
“Bahas terus Kin! Omongin aja lagi sampai kamu puas.” Mami teriak tepat
di depan wajah Kina. “Kalaupun Mami dulu pernah membuat dosa dan menyesal
sekali atas kehamilan Mami waktu itu, itu dulu. Sekarang buktinya Mami
ngebesarin kamu sampai saat ini.”
Mulai terlihat genangan air di sudut mata Kina. Sebenarnya ia sudah
bosan membahas masalah ini. Namun entah mengapa seperti ada satu hal yang masih
membatin di hati Kina.
Ditatapnya Mami dalam-dalam.
“Sebenarnya sampai saat ini Mami masih menyesalkan udah ngelahirin aku?
Apalagi sekarang kejadiannya terulang kembali.”
***
No comments:
Post a Comment