“Farah? Emang
wajah saya mirip Farah ya? Saya bukan Farah, Mbak. Emang secantik apa sih si
Farah sampai-sampai Mbak nyangkain saya Farah?” Wanita itu tertawa kecil
mendengar celotehan Nika.
“Aduh maaf. Saya
kira kamu adik saya. Soalnya dari jauh kamu mirip banget sama Farah. Tinggi
nya, panjang rambut nya…”
“Terus mukanya?”
Lagi-lagi wanita
itu tertawa kecil. Membuat Nika lagi-lagi terpesona kepadanya. Wanita ini
benar-benar cantik. Mungkin usianya hampir sama dengan Kak Sasha.
“Hahaha. Gak
tahu nya aku salah orang. Maaf ya?”
“Iya. Gak
apa-apa, Mbak. Emang mbak lagi janjian sama adiknya di sini?”
Wanita cantik
itu menyodorkan tangannya untuk mengajak berkenalan. “Panggil aja saya Wina.” Nika
tersenyum sambil membalas menyodorkan tangannya dan menyebutkan namanya.
“Saya gak lagi
janjian sama Farah. Saya justru lagi mencari Farah. Udah seminggu dia gak
pulang ke rumah.”
“Kok bisa gak
pulang? Gimana ceritanya?”
“Terakhir dia
marah sama saya dan gak pulang lagi sampai sekarang.”
“Hah? Kabur
maksudnya?” Nika tertegun dalam hati. Entah mengapa ada perasaan geli sendiri
dalam hatinya. Ternyata bisa dibilang adik Wina hampir sama dengan dirinya saat
ini yangs edang kabur. Tapi, apa iya Wina yang cantik dan terlihat sangat
lembut ini sama seperti Kak Sasha yang cerewet dan bawel sehingga si Farah
sampai kabur dan tidak pulang sampai satu minggu? Pikirnya.
Wajah Wina mulai
terlihat sedih membuat Nika jadi simpati padanya. “Saya gak tau pasti, saya cuma takut terjadi
apa-apa sama Farah. Dia sama sekali gak bisa dihubungin.” Tapi kemudian Wina
kembali tersenyum. “Hmmm, ya sudah kalau gitu. Saya mau cari Farah lagi.
Terimakasih ya Nika.”
Wina mulai
melangkah perlahan. Dan kini Nika melihat sosok Wina yang semakin menjauh. Wina
berjalan menuju sekitaran Museum Fattahilah.
Entah mengapa tiba-tiba Nika jadi merasa kasihan dengan Wina. Mengingat
wajahnya Wina yang begitu sedih saat bercerita tentang Farah, Nika berniat
ingin membantu Wina sebentar untuk mencari Farah. Tanpa berfikir lagi, Nika
langsung berlari menghampiri Wina sambil menenteng tas-nya yang lumayan besar.
Setelah dipikir-pikir, ia seperti orang yangs edang ingin pulang kampung.
“Kak Wina! Aku
ikutan bantuin cari Farah ya?” ucap Nika sambil terengah-engah.
Wina sempat
menghentikan langkah kakinya saat mendengar teriakan Nika. Ia tertawa kecil
saat melihat Nika ada di dekatnya. “Loh? Kamu bukannya mau pergi? Itu udah bawa
tas besar kayak gitu?”
“Oh.” Nika
terdiam sesaat. Tidak mungkin ia mengatakan pada Wina jika dirinya juga sedang
kabur dari rumah. “Aku abis nginep di rumah saudara. Lagipula aku gak ada
kegiatan sampai nanti malam, jadi aku mau bantuin Kak Wina aja sebentar.”
Wina menyiratkan
senyum bahagianya.
“Oh gitu.
Terimakasih ya.”
***
Nika bersama
Wina duduk di depan sebuah warung kecil yang berada di dekat Museum Fattahilah.
Si Ibu pemilik warung memberikan masing-masing satu botol minuman dingin yang sebelumnya
telah dibuka. Tenggorokan Nika terasa dingin ketika ia mulai menyedot isi
minuman itu ke dalam mulutnya. Sesekali ia melirik Wina yang ada di sampingnya.
Wajah cantik Wina tetap tidak bisa menutupi kalau ada perasaan sedih yang
sedang dirasakannya.
“Oh iya Kak
Wina. Farah itu orangnya kayak gimana?” Wina sedikit kaget mendengar suara Nika.
Terlihat sekali kalau ia sedang melamun. Wina langsung tersenyum sambil mencari
sesuatu di dalam tas nya.
“Paling usia
Farah ngga jauh dari kamu.” Wina menyerahkan sebuah foto yang ia ambil dari dalam
dompetnya. Nika meraih foto tersebut. Ternyata Farah tidak kalah cantik dari
Kakak-nya. Bahkan mereka seperti anak kembar. Rasanya ia tidak perlu
susah-susah untuk mengingat wajah Farah dalam foto karna Farah sangat mirip
dengan Wina. Hanya saja Farah memiliki warna rambut sedikit gelap dibandingkan
rambut Wina yang agak kecoklatan.
“Farah kelas
berapa Kak Win?” Tanya Nika sambil mengembalikan foto Farah kepada Wina.
“Kelas dua SMA.
Kalau kamu?”
“Aku kelas tiga
SMA. Hmmm, emang kita mau cari kemana? Kok Kak Wina bisa kepikiran untuk
mencari Farah di daerah Kota Tua sih?”
“Karna ini tempat
kesukaan dia sama teman-temannya. Aku juga tau dari teman-teman sekolah-nya
Farah. Makanya aku paling sering nyari ke tempat ini.”
“Tapi Kak Wina
udah Tanya ke semua teman-teman sekolah-nya? Atau lapor polisi? Atau bikin
selebaran pengumuman orang hilang gitu?”
“Semua teman
sekolahnya udah aku tanyain. Gak ada yang tahu. Tapi aku gak bakal nyerah. Aku
bakal cari Farah sampai dapat.” Wina sempat terdiam dan berfikir sesaat. Tak
lama ia kembali berseru pada Nika. “Eh tapi ide kamu soal membuat selebaran
tentang pengumuman orang hilang, boleh juga tuh.”
“Gimana kalau
kita buat sekarang? Tadi kan kita sempat lewat di toko percetakan gitu. Nanti
aku bantu menempel selebaran-selebarannya deh.” Ucap Nika semangat. Ia juga
tidak tahu kenapa ia bisa sangat semangat untuk membantu Wina mencari Farah.
Wina pun langsung tersenyum senang dan menerima ajakan Nika untuk pergi ke
tempat percetakan di dekat Museum tersebut.
No comments:
Post a Comment