Julian.
Pria yang dikenalnya saat mulai memasuki masa kuliah. Ia tampan. Berasal
dari keluarga terpandang. Banyak memiliki teman. Ramah. Baik hati. Dan masih
banyak alasan yang ada di diri Julian yang membuat ia banyak digilai para
wanita. Dan entah hal apa yang membuat Julian justru memilih Kina untuk menjadi
kekasihnya.
Kina memang tidak jelek. Ia memiliki wajah yang cantik, hanya saja Kina
tipe orang yang tidak terlalu suka berdandan. Untuk kalangan di kampus, ia
memang tidak bisa dibandingkan dengan wanita-wanita cantik yang selalu
mengelilingi Julian. Kina juga termasuk mahasiswi yang biasa-biasa saja. Tidak
terlalu menonjol dan terkenal. Bahkan ia mulai dikenal ketika ia mulai
berpacaran dengan Julian.
Kina jatuh cinta dengan kebaikan
hati Julian. Dan Julian jatuh cinta dengan ke-apa adaan-nya Kina yang tidak
dibuat-buat. Dan tentunya banyak sekali
orang yang sebenarnya tidak suka dengan hubungan mereka. mereka yang sirik
selalu menganggap jika Julian terlalu sempurna untuk Kina.
Pernah suatu hari Julian mengajak Kina untuk makan bersama
teman-temannya di sebuah restaurant. Saat itu dalam sebuah meja terdapat hampir
semua teman tongkrongan Julian.
Mereka memang satu kampus, namun yang Kina tahu mereka hanya sekumpulan anak
orang kaya yang sombong. Dan ia tidak akan pernah berada satu meja dengan
mereka jika Julian tidak membawanya.
Walaupun begitu, tetap saja Kina mendapat tatapan sinis dari beberapa
wanita yang duduk satu meja dengan mereka. Salah satunya adalah Bianca. Ia
paling cantik dan mencolok diantara yang lain. Tubuhnya sangat indah dengan
pakaian yang seksi. Kina sempat mendengar jika Bianca sangat menyukai Julian.
Dan orang-orang pasti akan berkata Julian bodoh karna pernah menolak seorang
Bianca yang memang terlihat sangat sempurna di mata setiap lelaki.
Dan saat itu Bianca duduk tepat berhadapan dengannya. Namun yang diajak
berbicara oleh Bianca tentu hanyalah Julian yang ada di samping Kina.
“Mami sama Papi kamu masih di luar negri?” tanya Bianca. Cara
berbicara-nya pun sangat menggoda. “Aku kangen loh ketemu sama mereka.”
“Main-main aja ke rumah. Mereka udah balik dari Jerman kok.” Jawab
Julian dengan ramah.
“Oh ya? Wah, kayaknya aku harus ke rumah kamu nih. Aku kangen banget
sama mereka, apalagi sama Mami kamu.” saat itu Julian hanya tersenyum mendengar
ucapan Bianca. Tampaknya Bianca sengaja bericara seperti itu di depan Kina.
Kina sendiri terlihat cuek saja. Ia tidak akan terpancing dengan cara seperti
itu.
“Aku masih simpan gelang dari Mami kamu loh.”
“Oh ya?”
“He-eh. Padahal udah lumayan lama, tapi aku yakin, pasti Mami kamu juga
masih ingat sama gelang pemberian dia ke aku dan…” suara Bianca terdengar
samar-samar di telinga Kina. Ia merasa jika pembicaraan di meja ini tidak ada
yang nyambung untuknya.
Tiba-tiba saja tangan Julian meraih telapak tangannya yang ia letakan di
atas pahanya. Spontan Kina langsung menoleh pada Julian. Namun yang dilihatnya
Julian masih menatap ke arah Bianca sambil mengobrol. Kina tersenyum dalam
hatinya. Ia tahu jika saat itu Julian hanya ingin memberitahu nya jika Julian
tidak melupakan dirinya. Julian juga berusaha menjaga takut-takut kalau Kina
akan kesal mendengar ucapan Bianca.
Hubungan mereka berjalan baik-baik saja. Bahkan Julian sempat mengajak
Kina untuk makan malam bersama dengan kedua orang tua dan adik perempuan
Julian. Kina masih mengingat jelas pertemuan saat itu. Dimana untuk hari itu
pertama kalinya Julian mengajak Kina untuk datang ke rumahnya. Kina tidak
menyangka jika rumah Julian sebesar ini.
Awalnya ia sempat tidak percaya diri untuk bertemu dengan kedua orang
tua Julian, namun Julian memaksa dengan alasan jika kedua orang tuanya sangat
ingin mengenal dirinya. Pertemuan pertama yang kiranya akan menakutkan, justru
jauh dari bayangan Kina saat ia melihat senyum ramah dari kedua orang tua
Julian saat menyambutnya di rumah mereka. Bahkan Kina sempat tertawa geli dalam
hatinya, tampaknya makan bersama teman-teman Julian lebih menyeramkan daripada
makan bersama dengan keluarga kekasihnya.
Sampai tiba hari dimana akhirnya Kina memutuskan untuk tidak lagi
melanjutkan hubungannya dengan Julian. Sebelumnya ia memang sengaja untuk mulai
menjaga jarak dengan Julian. Dan satu hari ia sengaja mengajak Julian untuk
bertemu. Kina ingin mengakhiri hubungannya dengan Julian.
Hari itu sudah sangat sore. Kina tahu jika Julian ada kelas sore ini dan
pasti sudah selesai. Ia menunggu Julian di lobi kampus.
“Kamu dimana?” tanya Kina melalui sambungan telfon.
“Aku lagi mencari kebahagiaan aku nih.” Jawab Julian di sebrang sana.
“Oh ya? Gimana caranya?” tanya Kina dengan suara datar.
“Kalau kita hanya diam, kebahagiaan tidak akan datang pada kita. Justru
kita sendiri yang harus menghampiri kebahagiaan tersebut.”
Kina sempat terdiam. Ia agak bingung untuk menjawab ucapan Julian
barusan. “Terus?” ucapnya perlahan. Saat itu Kina tidak menyadari jika dirinya
sedang membelakangi Julian. Julian tengah berjalan perlahan menghampirinya dan
hampir sampai.
“Dan sekarang, aku sedang menghampiri kebahagiaan aku.” Tampaknya suara
Julian yang terdengar langsung membuat ia tersadar jika Julian berada di
belakangnya.
Kina langsung menoleh. Dilihatnya Julian yang tersenyum senang padanya.
Namun ia menatap Julian dengan tatapan sedih.
“Kayaknya aku bukan lagi kebahagiaan untuk kamu…” suara Kina hampir
tidak terdengar. Perlahan Julian menyurutkan senyumnya. Menatap Kina penuh
tanya. “Maaf, aku ingin kita sampai disini aja.”
“Apa?”
“Kata-kata aku kurang jelas ya?”
“Kamu serius?”
“Emang kamu pernah ngeliat aku gak serius?”
“Kenapa?”
“Apanya yang kenapa?”
“Kenapa harus hari ini?” Julian terlihat sangat sedih namun ia berusaha
untuk tetap tenang. “Demi Tuhan aku gak siap denger kayak gini sekarang, tapi
karna aku tau kamu orang yang gak suka bercanda, aku gak bisa ngomong apa-apa.”
“Aku suka sama orang lain.” Kina berbicara sangat cepat. Bahkan saat ini
ia tidak berani menatap mata Julian. “Alasannya cuma itu kok.”
“Oh. Oke. Good luck.”
Seperti itulah pembicaraan terakhir dirinya dengan Julian seminggu yang
lalu. Dan walaupun ia tahu jika dirinya sedang hamil, ia tetap bersikeras tidak
mau kembali lagi pada Julian, sekalipun hanya memberi tahu Julian jika dirinya
tengah mengandung anak mereka. Dan keputusan Kina yang seperti inilah yang
membuat Mami sangat bingung.
Apa sebenarnya mau Kina?
No comments:
Post a Comment