Beberapa hari ini Kina dan Mami hampir tidak berbicara sama sekali. Mami
tetap bersikeras dengan pilihan yang ditawarkannya. Beri tahu Julian atas
kehamilannya, atau gugurkan kandungannya tersebut. Namun yang diinginkan Kina
adalah, ia tetap bertahan dengan kandungannya, tapi ia sama sekali tidak mau
jika Julian mengetahui kehamilannya.
“Makan nih Kin. Mami tahu kamu belum makan dari pagi.”
Mami meletakan sepiring nasi lengkap dengan lauk pauknya dalam sebuah
meja dan meletakannya di hadapan Kina yang sedang melamun di meja makan. Mami
belum lama pulang dari berbelanja dengan Dira. Dan kini Dira tampak asik
bermain dengan mainan barunya.
Perlahan Kina mulai menyuap makanan yang ada di hadapannya itu. Sudah
pukul tiga sore dan ia memang belum makan. Tanpa banyak bicara ia mulai
menyuapi mulutnya dengan makanan tersebut. Tiba-tiba Dira muncul dan duduk di
kursi sebelah Kina. Dira memperhatikan raut wajah Kina. Jika tidak sedang
bertengkar, Dira memang tidak segan-segan untuk menghampiri Kina. Sebenarnya
Dira sendiri sangat suka dengan Kina, sekalipun ia tahu jika Kina merupakan
Kakak tirinya.
Kina sama sekali tidak memperhatikan keberadaan Dira. Terkadang justru
dirinyalah yang cuek dengan Dira. Ia tidak akan menegur Dira bila tidak ada
perlu.
“Kak Kina lagi sakit ya?” tanya Dira sambil terus memperhatikan wajah
Kina.
Kina menoleh. “Gak. Kenapa? Kok bisa bilang aku sakit?”
Dira hanya diam. Kina tersenyum pada Dira. “Kamu udah makan? Mau makan
sama Kakak gak? Nih.” Kina menunjukan piring nasi yang ada dihadapannya.
Spontan Dira langsung menggeleng dengan cepat. “Gak ah. Makanan-nya Kak
Kina kan udah dicampur obat sama Mami.”
“Obat?” Kina masih belum paham. “Orang aku gak kenapa-kenapa.”
“Soalnya tadi abis dari belanja sama Mami, Dira nemenin Mami ke rumah
sakit. Terus beli-beli obat deh buat Kak Kina. Tapi Dira lihat kayaknya Kak
Kina ngga apa-apa deh.”
Kina terkejut. Ia seperti baru menyadari satu hal. Ia langsung berhenti
makan dan berlari menuju wastafel di dekat meja makan. Dengan berusaha ia
memuntahkan makanan yang baru saja ditelannya. Mami yang sedang membereskan belanjaan langsung menghampiri
Kina. Awalnya Mami ingin sekali memarahi Kina saat itu, namun tidak disangka
justru Kina langsung marah kepada Maminya.
“Mami masukin apa ke dalam makanan Kina?” belum sempat Mami menjawab,
Kina langsung berbicara terus kepada Maminya. “Mami tadi dari rumah sakit kan?
Beliin obat apa buat aku? Obat buat gugurin kandungan aku. IYA???”
Kina merasa sangat sedih sekali. Mami memang masih tetap bersikeras
untuk menyuruh Kina menggugurkan kandungannya.
Kina langsung berjalan cepat menuju kamar Mami. Mencari sesuatu dalam
tas Mami yang ada di atas tempat tidur. Seperti orang kesetanan, Kina melempar
apa saja yang ia temui di dalam tas Mami. Sampai akhirnya ia menemukan apa yang
dicarinya.
Benar dugaan Kina. Ia menemukan beberapa obat seperti melancarkan
menstruasi yang dapat menggugurkan kandungannya. Dengan kasar Kina langsung
membuang obat-obat berbentuk kapsul itu dengan asal. Mami melihatnya jadi
kesal. Ia menghampiri Kina dan memukul wajah Kina dengan kasar.
“Mami tetap tidak mau kalau kamu mempertahankan bayi dalam kandungan mu
itu, Kina!” Kina menangis sejadi-jadinya. Ia bersimpuh di pinggir tempat tidur
Mami sambil menangis. Dira yang dari tadi melihat kejadian itu langsung
terkejut dan merasa kasihan dengan Kina. Dira justru langsung menghampiri Kina
dan memeluk Kina.
“Mami kenapa mukul Kak Kina?”
“Masuk kamar, Dira!”
“Gak mau!”
“Mami bilang masuk kamar! Gak usah kamu belain Kakak kamu yang bisanya
cuma bikin malu keluarga aja!”
“Tapi Dira gak suka ngeliat Mami mukul Kak Kina, Mi…” Dira seperti
memohon. Kina sempat menoleh pada Dira. Ia tidak menyangka jika Dira akan
membelanya seperti ini. Padahal selama ini sikapnya justru menunjukan jika
dirinya tidak terlalu memperdulikan adik tirinya ini.
Kali ini Mami berbicara dengan nada suara yang lebih keras. “Kamu tau
apa Dira! Cepat masuk kamar sebelum Mami jadi marah juga sama kamu.”
Tiba-tiba Dira bangun dan langsung berdiri di depan Kina seolah dirinya
saat ini sedang melindungi Kina. “Kalau Mami mau pukul Dira, pukul aja.”
Kina langsung menghampiri dan memeluk kaki Maminya. “Kina mohon Mi. Kina
mohon sama Mami. Tolong izinkan Kina untuk merawat bayi yang ada di dalam perut
Kina. Kina tahu Kina sudah berdosa, Kina juga sudah menyakiti Mami, tapi kasih
Kina kesempatan untuk menebus dosa Kina dengan merawat anak ini. Kina sayang
dengan anak ini Mi. Kina janji, anak ini kelak akan menjadi anak yang baik,
tidak akan menjadi seperti Kina, Mi. Kina mohon….”
Kina terus saja memeluk kaki Mami sambbil menangis terisak-isak. Mami
terdiam. Entah mengapa justru kini ia kesulitan berkata-kata. Apalagi saat ini
Dira juga tengah ikut-ikutan memeluk kaki-nya.
“Kina mohon, Mi…” ucapnya lirih.
***
No comments:
Post a Comment