Good Morning, Univers!

i dont know if i've ever felt like that :)

Tuesday, December 9, 2014

Senja Terakhirnya #RABUMENULIS

Senja Terakhirnya
Awan putih tampak menggantung di atas langit jingga. Menari-nari indah memenuhi senja. Aku menatap haru seraya mengikuti gerak bianglala yang berdiri tegak menatap angkasa. Sejam yang lalu, aku masih berada di putarannya. Bersama kekasih yang paling ku cinta.
“Mengapa kau membawa ku ke sini?” matanya menatap penuh tanya.
“Tak, apa.” Jawabku sembari diikuti senyum tipis. Sesekali angin meniup halus rambutku. “Aku hanya ingin tahu, seberapa besar cintamu pada ku?”
“Apa maksudmu? Kamu masih meragukan aku?”
“Tidak juga, sih. Kecuali kalau...,”
Dia menatap bingung. Semakin tak sabar dengan lanjutan kalimatku. “Kecuali apa?”
“Kecuali kalau kamu mau lompat dari atas sini.”
“Kau gila!” teriaknya tak percaya.
“Itu pun kalau kau lebih mencintai dia. Karena tadi malam, baru saja ku dorong dia dari atas gedung apartemennya.”
“Ka..., kamu......?!” dia semakin ketakutan. Dan aku semakin kegirangan. Posisi ku tepat berada di atas. Ku buka pengait pintu bianglalaku, dan ku dorong ia dengan cepat. Dapat ku lihat wajahnya yang ketakutan bersama teriakannya dan suara gaduh orang di bawah sana.
“Apa yang terjadi?” suara seorang pengunjung membuyarkan lamunanku.
Segera ku memasang wajah sendu. “Dia memaksa mengajakku menikah, tetapi aku tak mau. Lalu ia mengancam loncat dari atas. Aku sudah mencegahnya, tetapi ia nekat, dan tenaganya lebih kuat. Lalu... lalu....” aku terisak. Senangnya orang itu terlihat iba dengan ku. Sama seperti para petugas kepolisian yang sempat menanyaiku keterangan. Mereka membebaskanku. Mayatnya pun sudah dibawa pergi.

Seputar bianglala pun sudah dibersihkan dan ditutup sementara. Namun aku masih diam menatapi bianglala yang berputar di langit senja. Aku tersenyum kecil. Siapa suruh berselingkuh dengan sahabatku sendiri. Karena ku sayang kalian, maka ku persatukan kalian. Di bawah bianglala ini, ku kenang saat-saat terakhir bersamamu.

No comments:

Post a Comment