Good Morning, Univers!

i dont know if i've ever felt like that :)

Wednesday, June 27, 2012

Letter to Julian Part 2









Mami langsung menoleh pada Kina. Mengerutkan alisnya dan kemudian kembali membereskan barang-barang.  “Oh. Ya bagus kalau gitu. Mami takut aja kamu terlalu berharap sama Julian. Mami tau banget orang-orang seperti Julian itu kayak gimana. Paling dia juga cuma main-main sama kamu. Keluarga kita gak bakal dipandanglah sama keluarga kaya raya seperti mereka.”
Kina menyelesaikan sarapannya. Sebenarnya ia agak kesal setiap kali mendengar ucapan Mami yang seperti ini. Karna ini bukan pertama kalinya Mami berkata seperti ini pada Kina. Keluarga-nya sendiri sebenarnya tidak terlalu miskin-miskin banget, dan yang Kina tahu Papi tirinya saat ini memiliki jabatan yang cukup lumayan di tempat kerjanya saat ini, namun entah mengapa Mami selalu terdengar seperti merendahkan status ekonomi keluarganya bila memicarakan Julian yang memang keadaannya jauh di atas mereka.
Perlahan Kina turun dari kursi yang didudukinya sambil menatap Mami. Ia berkata dengan suara datar namun sangat jelas ditelinga Mami.
“Aku hamil.”

***

BRAAKK!!!
Dengan kasar Mami menampar Kina sampai-sampai tubuh Kina terdorong ke belakang dan menabrak sebuah lemari buku. Beberapa buku menjatuhi kepala Kina. Mami terlihat sangat marah. Dengan kasar ia kembali mendekati Kina dan menarik kerah baju yang dipakai Kina. Saat Kina mengatakan jika dirinya hamil, Mami langsung menarik lengan Kina dan membawa Kina ke kamarnya.
“Bisa-bisanya kamu memutuskan hubungan kamu dengan Julian disaat kamu sedang mengandung anaknya!” Mami menatap Kina dengan kesal. Ingin rasanya ia menerkam wajah Kina, apalagi dilihatnya Kina terlihat biasa saja. Tidak merasa seperti orang bersalah.
“ Kamu mau berbuat apa Kina? Mau ditaruh dimana muka Mami kamu ini, Kina!!!”
Tetap tidak ada jawaban dari Kina. Namun yang terlihat tatapan matanya mulai sedih tanpa tahu harus berkata apa. Sedangkan raut wajah Mami terlihat semakin marah.
Mami menatap Kina lekat-lekat. “Cepat kamu datang pada Julian dan minta ia untuk bertanggung jawab atas kehamilan kamu.”
“Gak mau!” jawab Kina tegas. Kali ini ia menatap Mami nya dengan tajam. Yang awalnya Kina terlihat biasa saja mendadak seperti orang memberontak ketika Mami menyuruhnya untuk menghampiri Julian.
 “Sampai kapan pun aku tidak akan mau memberitahu Julian atas kehamilan ku ini, apalagi memintanya untuk bertanggung jawab!” suara Kina tidak kalah kerasnya dengan Mami. Dan tentu hal yang didengar Mami barusan makin membuatnya semakin kesal.
Mami mendekati Kina, menatapnya dalam-dalam. Berusaha mengerti jalan pikiran anak perempuannya ini.  Suara Mami terdengar sedikit memelan. “Kalau kamu tidak mau Julian menikahi kamu, kenapa kamu sampai bisa punya anak dengannya?”
Kina mencoba untuk menghalau tubuh Mami yang semakin mendekatinya. Ia tidak lagi berani bericara sambil menatap Mami-nya. Jelas sekali seperti orang yang sedang menutupi sesuatu.
“Udahlah Mami gak usah ngurusin Kina. Kina itu beda sama Mami. Mungkin Mami pernah amat terbebani dengan kehamilan Mami waktu tahu Mami mengandung Kina kan?” Mami terdiam. Ia seakan tidak percaya apa yang baru saja didengarnya barusan. Dan Kini dilihatnya Kina mulai kembali menatap matanya. Dengan tegas Kina berucap pada Mami.
“Kina beda Mi, dari awal Kina tidak merasa menyesal sedikitpun atas kehamilan ini!”
Mata Mami mulai berkaca-kaca. Seakan kembali diingatkan dengan kenangan pahitnya dimasa lalu. Ia sendiri masih sangat menyesali mengapa Kina mengetahui hal ini. mengetahui jika ia terlahir dari hubungan terlarang Mami nya di masa lalu. Sehingga Mami harus menikah dengan pria yang sebenarnya tidak dicintainya hanya demi menyelamatkan kehamilannya.
“Mau sampai kapan sih sikap kamu kayak gini terus? Semenjak Mami menikah lagi dan punya anak kayaknya sikap kamu jadi angkuh gini ke Mami.” Mami kembali memulai berbicara dengan nada suara tinggi sementara Kina masih menjawabinya dengan tenang.
“Sikap yang kayak gimana sih maksud Mami? Emang masalah banget ya buat Mami kalau sikap aku kayak gini? Toh yang bener-bener dianggap anak sama Mami cuma Dira kan? Toh Dira merupakan anak dari orang yang Mami cintai kan? Beda sama perasaan Mami ke orang yang udah membuat Mami harus terpaksa ngelahirin Kina.”
PLAK!!!
Kina lumayan terkejut dengan tamparan Mami barusan, namun ia tetap berusaha untuk tenang sambil memegangi pipinya yang terasa panas. Dilihatnya wajah Mami yang semakin emosi.
“Bahas terus Kin! Omongin aja lagi sampai kamu puas.” Mami teriak tepat di depan wajah Kina. “Kalaupun Mami dulu pernah membuat dosa dan menyesal sekali atas kehamilan Mami waktu itu, itu dulu. Sekarang buktinya Mami ngebesarin kamu sampai saat ini.”
Mulai terlihat genangan air di sudut mata Kina. Sebenarnya ia sudah bosan membahas masalah ini. Namun entah mengapa seperti ada satu hal yang masih membatin di hati Kina.
Ditatapnya Mami dalam-dalam.
“Sebenarnya sampai saat ini Mami masih menyesalkan udah ngelahirin aku? Apalagi sekarang kejadiannya terulang kembali.”


***




 

No comments:

Post a Comment