Good Morning, Univers!

i dont know if i've ever felt like that :)

Wednesday, June 27, 2012

Letter to Julian Part 6

Jam menunjukan pukul dua siang. Berkali-kali Mami melihat ke arah jam dinding.
“Udah siang gini kok Kina gak pulang-pulang, ya?”
Awalnya Mami sempat melarang Kina untuk pergi ke kampusnya, namun Kina tetap memaksa.
Saat ini Mami sedang membereskan barang-barang yang ada di kamar Kina. Namun ketika ia membereskan lemari pakaian Kina, sebuah buku diary terjatuh dengan posisi terbuka. Mami memungut buku diary itu dan melihat sebuah foto yang terselip diantara halaman buku diary tersebut. Foto Kina dengan Julian.
Dengan ragu Mami mulai membaca apa yang ditulis Kina dalam buku harian tersebut. Pertama raut wajah Mami biasa-biasa saja, kadang sedikit-sedikit ia tersenyum kecil sambil membuka halaman demi halaman. Namun setelah lama membaca raut wajah Mami mulai berubah. Ia terlihat kaget, marah bahkan lama-lama Mami menangis. Namun terhenti ketika tiba-tiba Dira masuk ke dalam kamar Kina tanpa mengetuk pintu.
“Mami, telfon. Kata nya penting.”
Dira langsung berlari ke luar. Tampaknya setelah memberi kabar itu ia langsung kembali bermain di ruang tamu. Buru-buru Mami menghampir telfon yang ada di ruang tamu tersebut.
“Halo,”
“Halo selamat sore. Benar ini rumah saudari Kina Ratasya?”
“Iya benar. Ini dari siapa ya?” ada perasaan takut dalam hati Mami saat menjawab telfon tersebut.
“Kami dari Rumah Sakit Puri Indah ingin memberi tahukan keluarga saudari Kina, saat ini Kina sedang berada di Rumah Sakit kami. Terimakasih.”
Buru-buru Mami datang ke rumah sakit tersebut. Ia menyuruh Dira untuk menjaga rumah. Dari awal Mami sudah melarang Kina untuk pergi ke kampus karna kandungan Kina yang sudah memasuki bulannya. Perasaan Mami makin kalut, ditambah dengan apa yang baru saja dibacanya di buku diary milik Kina. Mami merasa ia harus segera menghampiri Kina. Menanyakan keadaan Kina dan juga mempertanyakan isi buku harian Kina.
Saat berada di dalam kamar rawat tempat Kina berada, dilihatnya Kina yang terlihat baik-baik saja. Atau mungkin saat itu Kina berusaha terlihat sebaik mungkin di depan Maminya. Mengetahui keadaan Kina yang baik-baik saja, tidak segan-segan Mami langsung mengutarakan isi hatinya.
“Kina! Apa-apaan isi diary ini?” suara Mami terdengar perlahan namun dari nada bicara Mami, Kina tahu jika saat ini Maminya sedang marah. Ia sendiri heran mengapa Mami datang sambil membawa-bawa buku diary-nya tersebut.
 “Kenapa kamu tega sama diri kamu sendiri, Kin? Kenapa kamu membohongi Mami dengan mngatakan kamu membenci Julian? Kenapa ternyata kamu mencintai Julian sampai sebesar ini, Kina?”
“Mami…! Kok datang-datang malah marah-marah sih. Bukannya nanyain keadaan aku.” Kina berusaha tersenyum pada Mami. Seolah-olah Kina sedang tidak ingin membahas apa yang ingin dibicarakan Mami.
“Kalau Mami tahu yang sebenarnya gak akan Mami biarkan kamu menangung ini sendiri. Gak akan Mami biarkan kamu melahirkan anak ini! Mami tahu sekali betapa sakitnya hati Mami saat Papi kamu benar-benar tidak perduli akan kehamilan Mami.”
Kina tidak bisa membohongi perasaan sedih dalam hatinya. Matanya mulai berkaca-kaca. Entah kenapa saat ini seolah bayangan wajah Julian muncul di dalam pikirannya.
Ditatapnya mata Mami lekat-lekat. “Julian gak meninggalkan aku, Mi. Aku yang pergi darinya.” Kina berusaha mengelus wajah Mami. Ia sangat sayang dengan Mami.
“Dan aku gak mau menyerah. Karna aku sudah melihat bukti nyata. Aku melihat Mami sudah berhasil membesarkan aku sampai sekarang seorang diri. Maaf kalau Mami gak mengerti dengan jalan pikiran ku. Maaf kalau aku harus membuat luka dihati Mami semakin dalam. Aku cinta anak ini, Mi. Bahkan kini rasa cinta ku padanya melebihi rasa cinta ku pada Julian. Aku ingin mencintai dia dari sebelum ia lahir ke dunia ini.”
Mami tidak bisa menghentikan tangisnya. Ia memang benar-benar tidak menyangka dengan isi diary Kina yang dengan jelas di situ tertulis jika Kina sangat mencintai Julian. Karna selama ini yang ia tahu Kina sangat memenci Julian, sampai-sampai ia tidak mau jika Julian mengetahui kehamilannya.
Ia menggenggam tangan Kina erat. Dilihatnya wajah Kina yang sangat pucat dan terlihat sekali kalau Kina berusaha menahan rasa sakit yang sedang dirasakannya saat ini. Mami mencoba menghibur Kina dengan tersenyum. Segera mungkin ia mencari bahan obrolan yang lain dengan Kina.
“Ya sudah, sudah.” Mami mengelus kepala Kina. “Tadi Mami sempat bertemu dengan dokter. Dokter bilang badan kamu terlalu lemah untuk melahirkan anak ini secara normal. Kondisi tubuh kamu sedang tidak baik. Maka dari itu, walaupun lebih cepat beberapa minggu dari jadwal seharusnya, selang satu atau dua hari, kamu akan melahirkan anak ini dengan cara di operasi.” Kina hanya tersenyum singkat. Namun matanya menyiratkan kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan. Bibirnya terlihat sangat pucat.
Mami merasa cukup untuk dirinya membahas isi buku harian Kina. Ia baru menyadari kesedihan mendalam yang dirasakan anaknya tersebut.
“Oh iya, cucu Mami nanti mau dikasih nama siapa?”
“Boleh Kina kasih nama Julian?”
Mami  terlihat makin sedih, namun ia tetap berusaha untuk tersenyum. “Boleh sayang. Kamu boleh menamakannya dengan nama apa saja.”
“Mami. Boleh Kina minta Mami untuk janji satu hal sama Kina?”
“Apa sayang?”
“Kita gak akan tahu apa yang akan terjadi nanti. Kalau ada apa-apa sama Kina, Mami janji ya mau jagain Julian. Mami harus sayang sama Julian.”
“Kamu jangan ngomong kayak gitu Kina…”
“Mami janji dulu sama Kina.”
“Pasti. Mami pasti akan menjaga Julian. Tapi Mami yakin kamu yang akan menjaga Julian nantinya. Kamu yang bilang sama Mami kalau sampai kapanpun kamu gak akan menyerah.”
“Di kamar Kina ada surat buat anak Kina nanti Mi. Surat yang Kina sudah persiapkan jika nanti terjadi apa-apa sama Kina. Surat itu Kina tulis untuk Julian nanti. Tapi Kina berharap, Kina sendiri yang nantinya akan membacakan surat itu untuk Julian. Kina sangat ingin merawat Julian dengan tangan Kina sendiri.”
Mami tidak bisa berkata apa-apa lagi. Air mata sudah tidak bisa terbendung lagi. Mata Kina pun terlihat makin sayup.
 “Kina tidur dulu ya, Mi. Kina mulai ngantuk. Semoga oprasi Kina nanti lancar. Kina mau cepat-cepat bertemu sama Julian, anak Kina.”
“Iya Kina. Iya. Kamu pasti akan segera bertemu dengan Julian.”

***

No comments:

Post a Comment