Good Morning, Univers!

i dont know if i've ever felt like that :)

Wednesday, June 27, 2012

Letter to Julian part 4

Beberapa hari ini Kina dan Mami hampir tidak berbicara sama sekali. Mami tetap bersikeras dengan pilihan yang ditawarkannya. Beri tahu Julian atas kehamilannya, atau gugurkan kandungannya tersebut. Namun yang diinginkan Kina adalah, ia tetap bertahan dengan kandungannya, tapi ia sama sekali tidak mau jika Julian mengetahui kehamilannya.
“Makan nih Kin. Mami tahu kamu belum makan dari pagi.”
Mami meletakan sepiring nasi lengkap dengan lauk pauknya dalam sebuah meja dan meletakannya di hadapan Kina yang sedang melamun di meja makan. Mami belum lama pulang dari berbelanja dengan Dira. Dan kini Dira tampak asik bermain dengan mainan barunya.
Perlahan Kina mulai menyuap makanan yang ada di hadapannya itu. Sudah pukul tiga sore dan ia memang belum makan. Tanpa banyak bicara ia mulai menyuapi mulutnya dengan makanan tersebut. Tiba-tiba Dira muncul dan duduk di kursi sebelah Kina. Dira memperhatikan raut wajah Kina. Jika tidak sedang bertengkar, Dira memang tidak segan-segan untuk menghampiri Kina. Sebenarnya Dira sendiri sangat suka dengan Kina, sekalipun ia tahu jika Kina merupakan Kakak tirinya.
Kina sama sekali tidak memperhatikan keberadaan Dira. Terkadang justru dirinyalah yang cuek dengan Dira. Ia tidak akan menegur Dira bila tidak ada perlu.
“Kak Kina lagi sakit ya?” tanya Dira sambil terus memperhatikan wajah Kina.
Kina menoleh. “Gak. Kenapa? Kok bisa bilang aku sakit?”
Dira hanya diam. Kina tersenyum pada Dira. “Kamu udah makan? Mau makan sama Kakak gak? Nih.” Kina menunjukan piring nasi yang ada dihadapannya.
Spontan Dira langsung menggeleng dengan cepat. “Gak ah. Makanan-nya Kak Kina kan udah dicampur obat sama Mami.”
“Obat?” Kina masih belum paham. “Orang aku gak kenapa-kenapa.”
“Soalnya tadi abis dari belanja sama Mami, Dira nemenin Mami ke rumah sakit. Terus beli-beli obat deh buat Kak Kina. Tapi Dira lihat kayaknya Kak Kina ngga apa-apa deh.”
Kina terkejut. Ia seperti baru menyadari satu hal. Ia langsung berhenti makan dan berlari menuju wastafel di dekat meja makan. Dengan berusaha ia memuntahkan makanan yang baru saja ditelannya. Mami yang sedang  membereskan belanjaan langsung menghampiri Kina. Awalnya Mami ingin sekali memarahi Kina saat itu, namun tidak disangka justru Kina langsung marah kepada Maminya.
“Mami masukin apa ke dalam makanan Kina?” belum sempat Mami menjawab, Kina langsung berbicara terus kepada Maminya. “Mami tadi dari rumah sakit kan? Beliin obat apa buat aku? Obat buat gugurin kandungan aku. IYA???”
Kina merasa sangat sedih sekali. Mami memang masih tetap bersikeras untuk menyuruh Kina menggugurkan kandungannya.
Kina langsung berjalan cepat menuju kamar Mami. Mencari sesuatu dalam tas Mami yang ada di atas tempat tidur. Seperti orang kesetanan, Kina melempar apa saja yang ia temui di dalam tas Mami. Sampai akhirnya ia menemukan apa yang dicarinya.
Benar dugaan Kina. Ia menemukan beberapa obat seperti melancarkan menstruasi yang dapat menggugurkan kandungannya. Dengan kasar Kina langsung membuang obat-obat berbentuk kapsul itu dengan asal. Mami melihatnya jadi kesal. Ia menghampiri Kina dan memukul wajah Kina dengan kasar.
“Mami tetap tidak mau kalau kamu mempertahankan bayi dalam kandungan mu itu, Kina!” Kina menangis sejadi-jadinya. Ia bersimpuh di pinggir tempat tidur Mami sambil menangis. Dira yang dari tadi melihat kejadian itu langsung terkejut dan merasa kasihan dengan Kina. Dira justru langsung menghampiri Kina dan memeluk Kina.
“Mami kenapa mukul Kak Kina?”
“Masuk kamar, Dira!”
“Gak mau!”
“Mami bilang masuk kamar! Gak usah kamu belain Kakak kamu yang bisanya cuma bikin malu keluarga aja!”
“Tapi Dira gak suka ngeliat Mami mukul Kak Kina, Mi…” Dira seperti memohon. Kina sempat menoleh pada Dira. Ia tidak menyangka jika Dira akan membelanya seperti ini. Padahal selama ini sikapnya justru menunjukan jika dirinya tidak terlalu memperdulikan adik tirinya ini.
Kali ini Mami berbicara dengan nada suara yang lebih keras. “Kamu tau apa Dira! Cepat masuk kamar sebelum Mami jadi marah juga sama kamu.”
Tiba-tiba Dira bangun dan langsung berdiri di depan Kina seolah dirinya saat ini sedang melindungi Kina. “Kalau Mami mau pukul Dira, pukul aja.”
Kina langsung menghampiri dan memeluk kaki Maminya. “Kina mohon Mi. Kina mohon sama Mami. Tolong izinkan Kina untuk merawat bayi yang ada di dalam perut Kina. Kina tahu Kina sudah berdosa, Kina juga sudah menyakiti Mami, tapi kasih Kina kesempatan untuk menebus dosa Kina dengan merawat anak ini. Kina sayang dengan anak ini Mi. Kina janji, anak ini kelak akan menjadi anak yang baik, tidak akan menjadi seperti Kina, Mi. Kina mohon….”
Kina terus saja memeluk kaki Mami sambbil menangis terisak-isak. Mami terdiam. Entah mengapa justru kini ia kesulitan berkata-kata. Apalagi saat ini Dira juga tengah ikut-ikutan memeluk kaki-nya.
“Kina mohon, Mi…” ucapnya lirih.

***

No comments:

Post a Comment