Good Morning, Univers!

i dont know if i've ever felt like that :)

Wednesday, June 27, 2012

Letter to Julian Part 5

Hi… my baby.
Kina merasa sangat senang. Akhirnya Mami mengizinkan dirinya membesarkan kandungannya sekalipun tanpa seorang Ayah. Bahkan Papi tirinya sendiri ternyata mendukung perbuatan Kina. Menurutnya perbuatan menggugurkan kandungannya sangatlah tidak baik. Tapi Kina tetap boleh membesarkan anaknya kelak asalkan ia mau dinikahkan dengan seseorang pilihan Papi nya. Kina hanya menurut saja. Asalkan bisa membesarkananak yang ada di dalam kandungannya, ia sudah bahagia.
Setiap sore di musim penghujan Kina selalu menghabiskan waktunya dengan duduk di tepi jendela kamar nya yang lumayan lebar dan menghadap ke taman belakang. Ia bisa duduk menyamping. Bersandar pada kusen kayu sambil menaikan kakinya ke atas tempat ia duduk. Di sini ia biasa memandangi butiran-butiran sisa air hujan yang ada di luar jendela. Seperti saat ini.
“Kak Kinaaa…!”
Kina menolah. Suara Dira terdengar sangat keras. Padahal saat itu Dira belum kelihatan masuk ke dalam kamarnya.
Tidak lama muncul sosok Dira yang terlihat sangat berhati-hati membawakan segelas susu untuk Kina. Ia langsung meletakan gelas susu tersebut di atas sebuah meja dan langsung mengusap kedua telapak tangannya.
“Aduh. Panas-panas.” Kina tertawa kecil melihat adiknya itu. Ia pun langsung memberi isyarat supaya Dira mau menghampirinya.
Dira segera menghampiri Kina dan ikut duduk di atas jendela yang cukup rendah untuk dinaiki Dira.
“Kak, kalau bayi-nya udah lahir, berarti aku jadi kakak dong.”
“Bukan. Nanti kamu jadi oom.”
“Ih, Dira kan masih kecil, masa udah jadi oom-oom.”
“Ya udah kalau gitu kamu jadi Kakek-nya ya?”
Dira tertawa geli. “Hahaha… enak aja.”
Kini dilihatnya Dira sedang asik menulis namanya di jendela yang berembun dengan ujung jarinya. Kina menatap Dira dengan lembut. Akhir-akhir ini ia seperti baru menyadari sikapnya yang terkadang sangat cuek pada Dira. Dira yang memang terkadang sangat nakal, namun justru sebenarnya sangat sayang pada Kina. Kina berjanji akan merubah sikapnya menjadi lebih baik pada Dira.
Selama masa kandungannya Kina memang memutuskan untuk cuti dari kuliahnya. Dan selama itu pula ia tidak pernah lagi mendengar kabar dari Julian. Ia sendiri juga tidak mau mencari tahu kabar Julian. Baginya cukup sudah hubungannya dengan pria itu sekalipun saat ini ia sedang mengandung anak dari Julian. Ia hanya memfokuskan perhatiannya kepada anak yang saat ini berada di kandungannya.

***

Beberapa bulan setelah itu…
Usia kandungan Kina sudah menginjak bulan ke delapan. Sudah semakin besar dan sudah mulai sulit untuk melakukan aktifitas seperti biasa. Namun hari ini Kina memutuskan untuk pergi ke kampusnya. Ia ingin mengurus beberapa urusan kampus. Karna ia berniat untuk melanjutkan kuliahnya setelah melahirkan nanti.
Untung tidak terlalu banyak yang dikenalnya, jadi, ketika ia datang ke kampus dengan keadaan perut membesar, tidak akan ada orang yang bertanya padanya. Tapi lain lagi ceritanya ketika ia bertemu dengan teman-teman Julian. Dimana saat itu ia tidak sengaja melewati segerombolan teman-teman Julian di dekat ruang administrasi.
“Eh, itu Kina ya?”
“Wah, lama gak kedengaran kabar, tau-tau udah punya anak.”
“Gila! Perut udah gede begitu masih aja datang ke kampus.”
“Mau pamer lah sama Julian. Nih! Abis putus sama lo gue punya anak.”
Kina tahu saat itu ada Julian di sana. Ia takut untuk menoleh lebih lama. Apalagi tadi sempat dilihatnya Bianca yang sedang menyender pada Julian. Mungkin mereka sudah berpacaran. Kina terus saja berjalan menjauh dari mereka. Namun karna keadaannya sekarang ini membuat ia tidak bisa berjalan lebih cepat.
“Eh tapi untung lagi lo, Julian udah putus sama dia. Jangan-jangan kalau masih sama lo, dia bakal ngaku-ngaku anak yang lagi di kandungnya itu anak lo lagi.”
Suara-suara itu terus saja memenuhi telinga Kina. Perutnya yang sudah membesar memang sudah tidak bisa ditutupi lagi. Tapi ia tetap tidak memperhatikan ucapan-ucapan dari teman-temannya Julian. Kina terus berjalan tanpa menoleh asal suara-suara tersebut.
Tiba-tiba langkah kakinya terhenti oleh kehadiran Julian. Kina ingin terus melangkahkan kakinya tapi Julian selalu menghadangnya.
“Aku kira waktu kamu minta putus dengan alasan kamu menyukai orang lain itu bohong.  Selamat ya. Aku gak tahu kalau kamu udah married. Semoga bayinya sehat. Kamu juga sehat.” Ucap Julian sambil singkat. Kina menundukan wajahnya. Ia tidak ingin melihat wajah Julian. Namun celetukan-celetukan dari teman-teman Julian masih terus menyeruak di telinganya. Tanpa membalas ucapan Julian, buru-buru Kina meninggalkan kampus, tanpa Julian tahu kalau saat itu Kina menagis.
Namun belum jauh ia meninggalkan pintu gerbang kampusnya, tiba-tiba Kina jatuh pingsan.

***



No comments:

Post a Comment